Jakarta (ANTARA News) - Banjir yang hampir sebulan ini menggenangi permukiman warga Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur, hingga Senin (9/2) belum juga surut dan mengakibatkan sekitar 900 jiwa harus mengungsi ke sejumlah posko pengungsian. "Banjir tahun ini merupakan banjir cukup lama bertahan tidak surut. Permukiman sudah mulai digenangi air sejak kira-kira 22 hari yang lalu, dan sudah satu minggu air tetap bertahan pada ketinggian sekarang yaitu 1,5 meter," kata ketua RW 01 Kelurahan Kampung Melayu, M Haris, Senin. Sebanyak delapan Rukun Warga di Kelurahan Kampung Melayu terendam banjir. Pemerintah setempat menyediakan 10 posko pengungsian untuk menampung warga yang kediamannya terendam banjir untuk sementara. Posko tersebut adalah: Bioskop Nusantara (370 jiwa), Asrama Hermina (76 jiwa), Masjid At-Tawabin (120 jiwa), Ruko Jalan Jatinegara Barat (70 jiwa), Gedung PTDI (60 jiwa), Pos RW 04 (60 jiwa), Ruko Victoria (75 jiwa), Pos RW 07 (30 jiwa), Masjid Ruhul Islam (40 jiwa), Mushola Chairul Anam (30 jiwa). Sementara itu, berbagai macam penyakit banyak menjangkiti korban banjir. Penyakit yang umum diderita oleh korban adalah diare, gatal-gatal, dan meriang. Menurut Haris yang sejak lahir sudah berdomisili di Kampung Melayu itu, sekitar lima persen dari total jumlah pengungsi itu menderita diare. Di antara yang terjangkit penyakit itu sebagian adalah balita. "Bantuan berupa obat-obatan dan pakaian untuk balita masih kurang. Para penyumbang jarang sekali yang menyumbang untuk balita, mungkin memang belum terpikir," sambungnya. Atika, penduduk RW 03/05 Kelurahan Pulo yang kini menghuni Posko Nusantara juga mengeluhkan minimnya bantuan berupa keperluan anak kecil. "Keperluan anak-anak belum terpenuhi, bantuan yang datang biasanya berupa bahan makanan pokok," ujarnya. Wakil Lurah Kampung Melayu, H Nazimudin juga mengeluhkan kurangnya bantuan berupa keperluan balita. "Saya masih sangat mengharapkan datangnya bantuan untuk balita seperti susu, bubur bayi, popok, dan lain-lain," katanya. Banjir yang terus melanda Kelurahan Kampung Melayu diakibatkan oleh penyempitan sungai Ciliwung.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009