Jakarta (ANTARA News) - PB Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) tampaknya masih belum puas untuk ingin berbuat lebih kendati telah mampu mendukung bagi lahirnya Grandmaster Wanita (GMW) pertama Indonesia yang disandang pecatur putri terbaik tanah air Irene Kharisma Sukandar.

"Kami masih menginginkan Irene bisa lebih meningkat yaitu dia bisa menyandang grandmaster (GM) pria yang artinya dia bisa punya kualitas setara dengan GM," kata Wakil Ketua PB Percasi Utut Adianto pada acara apresiasi untuk GMW pertama Indonesia di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, prestasi Irene masih memungkinkan untuk bisa lebih dikembangkan sehingga dia tidak mustahil bisa menyamai kualitas para pecatur GM pria.

"Tapi untuk mewujudkan itu memang butuh waktu yang tidak singkat," tambahnya.

Ketika ditanya apakah saat ini masih ada atlet catur putri yang memungkinkan untuk bisa meraih GMW lagi setelah kesuksesan Irene, Utut mengatakan bisa saja itu terjadi tapi juga perlu waktu.

"Kita masih punya tiga pecatur putri yang cukup berbakat, meskipun untuk situasi saat ini ketiganya memang masih jauh kualitasnya dengan Irene, tapi tidak mustahil nantinya mereka akan bisa berprestasi lebih tinggi," tambah utut sambil menyebutkan tiga pecatur putri itu adalah Dewi AA Citra dari Tarakan, Kaltim, Medina Wardan Aulia dari Bekasi, Jabar, dan Monica Chelsea Sihite dari Balikpapan, Kaltim.

Pada apresiasi kepada Irene tersebut, PB Percasi melalui Ketua Umumnya Eddie Widiono menyerahkan dana pembinaan kepada pecatur putri nomor satu Indonesia itu sebesar Rp.25 juta.

"Ini kegembiraan yang tak terkira, GMW ini hal yang kami idam-idamkan sejak lama, ini berkat usaha keras Irene yang didukung oleh pengurus PB Percasi," kata Eddie Widiono.

Sementar itu Irene sendiri menyatakan sangat senang mendapat dukungan dari para pengurus PB Percasi yang telah menjadikannya bisa meraih GMW.

"Saya bersyukur kepada Tuhan dan kepada pak Eka Putra Wirya (Ketua Harian PB Percasi), kalau tidak ada beliau saya tidak jadi apa-apa," kata Irene.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009