Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Fraksi Partai Golkar di DPR RI, Syamsul Bachri, di Jakarta Selasa menyatakan, partainya sangat menyesalkan sistem pengamanan gedung DPRD Sumut yang mudah diterobos massa anarkhis, sehingga telah mengakibatkan wafatnya Ketua DPRD Sumatera Utara, H Abdul Azis Angkat.

"Kejadian ini benar-benar patut disesali. ternyata saat genting terjadi di gedung perwakilan, aspek pengamanan kurang diansisipasi oleh aparat keamanan. Ini sebuah pelajaran pahit, bahwa gedung perwakilan harus selalu menjadi objek pengamanan dari berbagai kemungkinan," tegasnya kepada ANTARA.

Ia mengatakan itu, menanggapi meninggalnya rekannya sesama kader Partai Golkar (PG) yang masih menjabat Sekretaris DPD PG Sumatera Utara (Sumut) tersebut, Selasa siang, sesudah terjadi aksi unjuk rasa anarkhis di Gedung Dewan, Medan.

"Kami berharap, aparat keamanan jangan lagi teledor dalam melakukan pengamanan optimal terhadap tempat-tempat seperti Gedung DPRD ini, termasuk bagi anggota yang (sedang) menjalankan tugas," kata Syamsul Bachri.

Sekretaris DPP Ormas Kosgoro (salah saru organisasi pendiri PG) ini juga mengharapkan, agar ada pengusutan tuntas terhadap aksi demonstrasi yang sangat anarkhis itu.

"Saya berharap, pihak aparat mengambil langkah-langkah hukum yang tegas terhadap pihak yang bertanggungjawab atas kejadian yang sudah tergolong anarkhis itu," tandas Syamsul Bachri lagi.

Diberitakan H Abdul Aziz Angkat meninggal saat sedang dilarikan ke rumah sakit, tetapi nyawanya tak tertolong, karena diduga terkena pula serangan jantung.

Sebelumnya, almarhum terjatuh saat diserang para demonstran yang beberapa di antaranya sempat memukuli tubuhnya.

Mendahului kejadian tragis itu, para demonstran yang menuntut terbentuknya atau dimekarkannya Provinsi Tapanuli (Protap) ini telah `menguasai` dan menduduki Gedung DPRD Sumatera Utara (Sumut).

Dari tempat kejadian dilaporkan pula, almarhum tumbang bukan hanya karena serangan, namun terkena `shock` serta serangan jantung mendadak.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009