Saya cenderung optimistis 2020 dengan adanya kabinet baru, 'omnibus law', dan daya beli meningkat
Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk  (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya tetap optimistis mencapai target pertumbuhan kredit pada 2020 sebesar 10 persen di tengah  berbagai tantangan global sekarang ini.

Jahja menuturkan terdapat beberapa faktor dalam menunjang pencapaian target pertumbuhan kredit tersebut seperti adanya kabinet baru, omnibus law, dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat.

“Saya cenderung optimistis 2020 dengan adanya kabinet baru, omnibus law, dan daya beli meningkat, jadi harapannya 2020 lebih baik. Rencana bisnis bank (RBB) kita, target kredit (tumbuh) 10 persen,” katanya di Jakarta, Kamis.

Baca juga: BCA bukukan laba bersih Rp28,6 triliun pada 2019

Tak hanya itu, Jahja menyebutkan pada tahun lalu yang pertumbuhan kredit nasional hanya enam persen, BCA mampu melampauinya hingga 9,5 persen sehingga semakin besar peluang untuk meningkatkan kredit pada tahun ini.

“Di 2019, kredit nasional hanya enam persen sedangkan BCA 9,5 persen. Melihat itu semua, kita punya kemampuan meningkatkan kredit,” ujarnya.

Ia melanjutkan, di tengah berbagai kondisi eksternal yang semakin tidak menentu seperti wabah virus corona baru jenis COVID-19 pun BCA masih bisa mencatatkan pertumbuhan kredit 5-7 persen.

“Dalam keadaan seperti ini credit growth kita bisa 5-7 persen apalagi banyak masalah di capital market, reksa dana, asuransi. Jadi, ini harus kita siapkan dan jaga-jaga ke nasabah kita,” katanya.

Jahja juga menyatakan BCA telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi tantangan tersebut terutama dalam memanfaatkan momentum Lebaran sebagai penunjang pertumbuhan kredit.

Di sisi lain, ia mengatakan sebenarnya BCA tak mau untuk berekspektasi terlalu tinggi sebab pihaknya lebih fokus untuk mencatatkan pertumbuhan kredit yang berkualitas.

“Kita siap untuk itu, namun credit growth kami tak berani ekspek tinggi meski menjelang Lebaran mungkin bisa tumbuh. Kita mau tingkatkan kredit tapi harus berkualitas,” tegasnya.

Jahja juga menuturkan BCA lebih memprioritaskan mencetak kredit baru agar tidak sampai macet daripada membuat strategi dalam menurunkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang sebesar 1,3 persen pada 2019.

”Kalau dibandingkan NPL sebelumnya turun malah dari 1,4 persen (2018) ke 1,3 persen (2019). Industri masih 2,8 persen NPL-nya. Kami bukan strategi menurunkan, tapi menjaga kredit baru jangan sampai macet,” katanya.

BCA mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 9,5 persen yaitu mencapai Rp603,7 triliun sepanjang 2019 yang didukung kredit korporasi tumbuh 11,1 persen menjadi Rp236,9 triliun dan kredit komersial serta SME naik 12 persen yaitu Rp202,9 triliun.

Berikutnya, kredit konsumer tumbuh 4,3 persen menjadi Rp158,3 triliun dengan segmen kredit pemilikan rumah (KPR) Rp93,7 triliun atau tumbuh 6,5 persen, kredit kendaraan bermotor (KKB) turun 1,1 persen menjadi Rp47,6 triliun dan outstanding kartu kredit tumbuh 9,4 persen menjadi Rp14,1 triliun.

Baca juga: Awal 2020, BCA luncurkan kerja sama dengan Wechat dan Alipay
Baca juga: BCA : Bunga KPR dan kendaraan akan turun

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020