Kekhawatiran ini masih bisa menekan turun aset berisiko hari ini, termasuk rupiah
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat, seiring suntikan dana oleh bank sentral China, People's Bank of China (PBoC).

Pada pukul 10.02 WIB rupiah bergerak menguat 8 poin atau 0,06 persen menjadi Rp13.685 per dolar AS dari sebelumnya Rp13.693 per dolar AS.

"Bank Sentral China kembali menyuntikkan dana pagi ini sebesar 200 miliar yuan. Aset berisiko terlihat menguat, termasuk rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Selain itu, lanjut Ariston, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun kembali turun ke kisaran 1,58 persen, yang bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan mungkin bisa mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS.

"Tapi Virus Corona kelihatannya masih menjadi kekhawatiran pasar. Apalagi pasar meragukan data yang diumumkan oleh pemerintah China," ujarnya.

Pada Minggu (16/2) kemarin, China melaporkan penambahan jumlah kasus dan kematian baru akibat Vrus Corona yang jumlahnya sama, mendekati kenaikan sebelumnya dengan metode baru.

Sedangkan pada Jumat (14/2) malam Bandara Heathrow Inggris melakukan penahanan terhadap delapan pesawat karena kecurigaan adanya penumpang yang terkena Virus Corona baru atau COVID-19.

Baca juga: IHSG melemah, pelaku pasar masih cemas penyebaran Virus Corona

"Kekhawatiran ini masih bisa menekan turun aset berisiko hari ini, termasuk rupiah," kata Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini bergerak di kisaran Rp13.670 per dolar AS hingga Rp13.720 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp13.693 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.707 per dolar AS.

Baca juga: Dolar Senin pagi diperdagangkan 109,77 yen di Tokyo

Baca juga: Yuan menguat 48 basis poin jadi 6,9795 terhadap dolar AS


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020