Jakarta (ANTARA News) - Kalangan perbankan mulai mewaspadai kemungkinan peningkatan angka kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada tahun 2009 sebagai dampak dari ketatnya likuditas menyusul krisis keuangan global. "Bank harus bersiap menghadapi NPL yang meningkat tajam NPL, dengan pengelolaan kredit didasarkan pada penerapan menajemen resiko yang lebih baik," kata Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardoyo, usai acara "Excecutive Briefing: A Regional Perspective in The Economic Crisis", di Jakarta, Selasa. Menurut Agus, selama tahun 2008 sesungguhnya perbankan Indonesia masih berada pada kondisi yang cukup bagus karena secara umum tingkat suku bunga cenderung turun, likuiditas rupiah yang longgar kemudian transaksi menunjukkan keadaan yang normal. Namun hingga Oktober 2008 dampak penurunan kinerja keuangan sudah terlihat rasio NPL mengalami peningkatan, meski tidak besar. Meski begitu ujarnya, pada tahun 2009 diperkirakan angkat kredit masih bisa tumbuh pada kisaran 15-20 persen, dengan pertumbuhan dana juga terjaga pada tumbuh pada level 14-16 persen. Untuk itu tambahnya, perbankan harus optimis karena kondisi ekonomi Indonesia masuk cukup bagus dibanding ekonomi sejumlah negara seperti Amerika Serikat, sejumlah negara di Eropa dan Asia. "(Ekonomi) Indonesia walaupun sedikit menurun tetapi masih bisa tumbuh dibanding negara-negara lain yang cenderung negatif," kata Agus. Sementara itu Direktu Bisnis Umum Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sudaryanto Sudardo mengatakan, telah melakukan berbagai langkah menghadapi kemungkinan peningkatan kredit bermasalah. "Mudah-mudahan NPL bisa kita atur...dengan berbagai program yang dimiliki seperti memperkuat intiplasma, dan masuk secara hati-hati pada kredit pemilikan rumah (KPR)," kata Sudaryanto. Ia menjelaskan, pertumbunan kredit BRI pada tahun 2009 diproyeksikan bisa mencapai 24 persen. "Mungkin tumbuh 24 persen. Belum bisa diungkapkan dulu... sekarang kita sedikit konservatif dululah," ujarnya. Selain pertumbuhan kredit, BRI juga memproyeksikan pertumbuhan kredit korporasi tahun depan yang tidak bisa cair tahun 2008, seperti perkebunan, infrastruktur seperti jalan tol yang nilainya mencapai sekitar Rp4 triliun.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008