Jakarta (ANTARA) - Manufaktur mobil super (supercar) asal Prancis, Bugatti, menyatakan belum mau mengikuti tren otomotif dunia yang beralih dari mesin bakar (combustion engine) ke mobil berpenggerak listrik.

CEO Bugatti Stephan Winkelmann menyatakan bahwa populasi Bugatti yang tidak terlalu banyak, dinilai tidak memberikan dampak emisi yang signifikan

Winkelmann juga menjelaskan mesin W16 dengan 16 piston silinder yang digunakan mobil-mobil Bugatti memberikan sensasi kecepatan dan daya tarik emosional untuk para pemiliknya, sehingga mereka belum berniat menggantinya dengan mesin listrik.

Baca juga: Alasan Hyundai pilih Ioniq untuk pasar mobil listrik Indonesia

"Untuk 10 tahun ke depan, hanya mesin W16 yang memberikan emosi dan sensasi yang diharapkan oleh konsumen supercar kami," kata Stephan Winkelmann dilansir AFP, Minggu.

Saat ini, kurang dari 700 unit Bugatti yang beredar di seluruh dunia.

Mobil super itu juga tidak dipakai setiap hari oleh pemiliknya, melainkan hanya 1.200 kilometer per tahun atau 100 kilometer per bulan.

Baca juga: Stasiun pengisian kendaraan listrik umum di Jateng resmi beroperasi

"Mungkin karena rata-rata pemilik Bugatti punya koleksi 42 mobil untuk dipakai," kata perusahaan itu.

Tim Bravo, kepala divisi komunikasi perusahaan mengatakan pemilik Bugatti umumnya bukan "pejuang lingkungan", namun mereka berkontribusi terhadap perubahan iklim dengan cara lain, misalnya berdonasi.

"Banyak dari mereka menyumbang untuk masalah lingkungan, meskipun kebanyakan orang mungkin tidak mengetahuinya," kata Tim Bravo.

Winkelmann kembali menambahkan, "Tahun 2019 adalah tahun sangat baik bagi Bugatti, yang terbaik sejak 1998 dalam hal pendapatan, pengiriman, dan pendapatan."

Konsumen Bugatti adalah kalangan berdompet tebal karena harga Chiron 2,8 juta dolar AS (Rp35 miliar) sedangkan harga Bugatti Divo menembus Rp75 miliar. Harga itu belum dikenakan pajak.

Baca juga: Bugatti Veyron warna emas gemparkan London

Baca juga: Persaingan Buggati dengan Shelby
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020