Belawan (ANTARA News) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan menyatakan dewasa ini aksi premanisme terhadap nelayan juga marak terjadi di perairan pantai timur daerah perbatasan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). "Aksi premanisme di perbatasan dengan menjarah harta benda milik nelayan termasuk mengambil kapal dan kemudian membuang nelayan ke laut masih marak terjadi," ujar Ketua HNSI Kota Medan, Pendi Pohan, di Belawan, Jumat. Dia menuturkan, modus operandi yang belakangan dilakukan oleh sekawanan premanisme bersenjata tajam ini adalah dengan berpura-pura kehabisan bahan bakar minyak (BBM) di tengah laut dan kemudian meminta dari kapal nelayan yang sedang menangkap ikan. Namun setelah naik ke kapal nelayan, kawanan ini menjalankan aksinya dengan mengambil seluruh harta benda termasuk kapal dan terakhir membuang para nelayan ke laut. "Terakhir kali modus premanisme seperti ini dialami oleh tiga orang nelayan pukat langgei yakni S Simbolon, Abdul Karim dan Muis yang kesemuanya penduduk Kampung Kurnia, Kelurahan Belawan Bahari, Belawan pada Sabtu, (22/11) lalu," ujarnya. Ketika ketiga nelayan ini, jelas dia, saat mencari ikan di perairan Selotong, daerah perbatasan Langkat dan Aceh, tiba-tiba kapal ikan dengan penumpang tujuh orang merapat ke kapal mereka dan melakukan modus tersebut. Tetapi para nelayan itu selamat meski mengapung selama lima jam lebih dan kemudian ditolong oleh kapal ikan nelayan lain yang melintas disekitar perairan itu, namun harta benda mereka yang dirampas kawanan masih dilarikan. "Kejadian ini telah kami laporkan ke Ditpolair Polda Sumut dan kami berharap aksi premanisme di laut ini juga bisa diberantas seperti di darat, agar para nelayan tidak menjadi was-was mencari rezeki," katanya. Ditempat terpisah Kapolres KP3 Belawan, AKBP Robert Haryanto, mengaku, aksi premanisme di laut dewasa ini semakin meningkat dan banyak nelayan terutama dengan anak buah kapal (ABK) lebih dari sepuluh orang takut melaporkan tindakan kriminal di tengah laut ini. Seperti kasus yang terakhir kali terjadi disekitar perairan Langsa, NAD, dimana kawanan perompak menyandera tekong kapal ikan dan kemudian membebaskan setelah menerima tebusan Rp100 juta. "Memang teman-teman kita nelayan ini masih takut melapor, karena takut nanti menjadi sasaran perompak ketika melaut dan cenderung mereka mencari aman dengan memberi tebusan kepada pelaku perompakan," ujarnya. Namun demikian untuk pengamanan telah dibagi dan untuk di laut berada di bawah kendali Pangkalan TNI AL (Lantamal) I Belawan yang dibantu Ditpolair Polda Sumut, sedangkan di darat khususnya di Pelabuhan Belawan menjadi tanggung jawab Polres KP3 Belawan, jelas dia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008