Brisbane (ANTARA News) - Pemukulan terhadap pelajar Indonesia di Australia kembali terjadi. Kali ini menimpa Ketua Ranting Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Universitas La Trobe, Inge Dhamanti, dan suaminya saat jalan-jalan di "Direct Factory Outlet" (DFO) Southern Cross Melbourne 18 November lalu. Ketua Umum PPIA Pusat Mohamad Fauzi kepada ANTARA News yang menghubunginya dari Brisbane, Kamis, mengatakan, pihaknya menyayangkan terjadinya kasus pemukulan terhadap Inge dan suaminya. Ia meminta instansi terkait di Australia mengadili pelaku sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di negara itu. "Kita minta pemerintah Australia memperhatikan kasus ini. Pokoknya pelaku diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Kita pun meminta KBRI Canberra dan KJRI Melbourne memantau perkembangan penanganan kasus ini," katanya. Fauzi mengatakan, pihaknya baru menerima pengaduan tentang adanya kasus pemukulan terhadap Inge dan suaminya, Taufik, Rabu malam (19/11). Segera setelah menerima informasi tersebut, dia langsung menghubungi Pejabat Sementara Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Canberra, Yoni Utomo. "Peristiwa ini kembali mengingatkan kita semua bahwa tindak kejahatan tidak mengenal tempat dan waktu. Untuk itu, saya mengimbau seluruh mahasiswa Indonesia di Australia agar lebih berhati-hati. Kewaspadaan penting," kata mahasiswa doktoral Universitas La Trobe Melbourne ini. Fauzi mengatakan, ia penasaran dengan motif anak muda Australia yang melakukan aksi kekerasan terhadap Inge dan suaminya karena dia dilaporkan tidak sedang mabuk dan tempat kejadian perkara adalah DFO Southern Cross Melbourne yang terkenal aman dan waktu kejadian sore hari. Ia mengatakan pengurus PPIA Pusat memberi perhatian besar pada penyelesaian kasus ini karena aksi kekerasan juga pernah terjadi pada Andi Syafrani, aktivis mahasiswa Universitas Victoria yang menjadi korban perampokan di daerah Footscray, Melbourne, Oktober 2007 serta pemukulan terhadap Airlangga Hutama, mahasiswa Indonesia di Adelaide, Australia Selatan, 9 Maret 2008 oleh seorang pemuda mabuk. PPIA Pusat tidak lagi mendengar bagaimana hasil akhir dari penanganan otoritas hukum Australia terhadap kasus Andi dan Airlangga ini, katanya. Fauzi lebih lanjut mengatakan, sebenarnya tidak sedikit mahasiswa Indonesia di Melbourne yang pernah menjadi korban aksi kekerasan dan kejahatan, seperti pemalakan, namun mereka tidak melaporkannya secara resmi ke PPIA Pusat. "Sebagai contoh, seorang teman saya yang sedang menungu trem pernah dilempar telur oleh beberapa orang anak muda yang melintas. Terus, ada juga rekan kita yang dipukuli dua orang tanpa sebab apapun ," katanya. KBRI dan kronologis kejadian Sementara itu, Pejabat Sementara Adikbud RI di KBRI Canberra, Yoni Utomo, mengatakan, pihaknya sudah melaporkan kasus pemukulan Inge dan suaminya di Melbourne itu kepada Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu TM Hamzah Thayeb maupun staf terkait di KBRI Canberra dan KJRI Melbourne. "Pihak KJRI Melbourne sudah menangani langsung kasus ini. Hari ini (Kamis) Pak Abelian (staf Pensosbud) kabarnya sudah ke kantor polisi Victoria untuk mencari tahu duduk perkara yang sebenarnya," katanya. Ketua Ranting Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Universitas La Trobe, Inge Dhamanti, mengungkapkan kronologis kejadian yang menimpa dirinya dan suami di DFO Southern Cross Melbourne, Selasa sore lalu melalui situs PPIA Pusat. Inge menuturkan, peristiwa naas itu bermula ketika dia dan suami jalan sambil bergandengan tangan ke DFO sekitar pukul 16.00 waktu Melbourne. "Sewaktu kita jalan bergandengan di DFO yang bagian belakang, sebelum Giordano, tiba-tiba aja ada laki-laki bule jalan berombol (bergerombol-red.) di tengah kita, otomatis gandengan kita terlepas." Ketika itu, dia berfikir bahwa pria Australia itu adalah teman suaminya yang sekadar ingin menggoda. Di tengah keheranan mereka, pria yang sama kembali mendekati mereka sambil mencari gara-gara. Walau pun dia dan suami terus menghindar, pria yang sama tetap saja mengejar dan menghampiri mereka, katanya. "Setelah kita menjauh, untuk ketiga kalinya si bule mendatangi kita lagi sambil `insulting` (menghina-red.)," katanya. Dia terus mencoba memisahkan suaminya dari si pria Australia namun dia kemudian mengucapkan kata-kata yang tak pantas sebelum memukul dirinya di bagian muka hingga tersungkur ke lantai gedung DFO. "Seketika saya langsung terjatuh mencium lantai DFO. Perkelahian pun tak terhindarkan lagi. Ketika berusaha bangun dari tersungkur tadi, saya lihat suami lagi `fight` (berantam) sambil berdarah-darah. Banyak orang datang dan berkerumun, dan sampe akhirnya dibutuhkan tiga orang buat melumpuhkan si bule," kata Inge. Kasusnya kemudian ditangani petugas keamanan DFO dan kepolisian Victoria, katanya menambahkan. (* )

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008