Jakarta (ANTARA News) - KBRI Manila membantu pemulangan 18 ABK WNI yang bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Taiwan dari pelabuhan Aparri, Filipina, menuju Jakarta. Menurut keterangan resmi dari Departemen Luar Negeri di Jakarta, Rabu, pemulangan ke-18 ABK itu dilakukan pada akhir pekan lalu. Lima belas orang dari 18 ABK tersebut kehilangan paspor karena kapal tempat mereka bekerja terbakar akibat meledaknya kompor gas pada saat berada di perairan Fujian, China sehingga untuk proses pemulangan mereka ke Indonesia, KBRI mengeluarkan 15 SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor). Nama ke-18 ABK tersebut adalah Dedi Setiawan, Riyanto, Mas Setio Sriwibowo, Slamet Riyanto (asal Tegal), Hasanudin (asal Pekalongan), Jemy Maipauw, Suriantoh Latadang, Frans Tarukbua (asal Bitung), Kasmuni, Damiri, Suparman, Purwanto, Yatin Dana, Mohamad Sarkim, Rudin (asal Pemalang), Samsul Falah (asal Brebes), Suparto (asal Indramayu), dan Supadu (asal Cirebon). Satu ABK bernama Nurokhim, lahir di Pekalongan 21 Maret 1984, hilang pada saat terjadinya kebakaran dan hingga saat ini tidak diketahui nasibnya. Sebagian besar ABK belum menerima gaji yang berkisar antara dua sampai 10 bulan. Ke-18 ABK tiba di Pelabuhan Aparri, Filipina, pada 6 November 2008 sore hari dengan kapal berbendera Taiwan, Tay Shyang Tsair. Setelah proses pemeriksaan kesehatan dan keimigrasian selesai dilakukan oleh imigrasi setempat, ke-18 ABK berangkat menuju Manila pada malam harinya dengan bis yang disewa secara khusus oleh pihak perusahaan Taiwan dan keesokan harinya diterbangkan ke Jakarta dengan dengan penerbangan Cebu Pacific. Proses pemulangan ke-18 ABK ke Indonesia berjalan dengan lancar berkat adanya kerjasama yang baik antara KBRI Manila dengan Imigrasi Manila dan Aparri serta dengan pihak wakil perusahaan Taiwan. KBRI Manila akan bekerjasama dengan Perwakilan RI di Beijing, Hong Kong dan Taipei untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai nasib ABK bernama Nurokhim.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008