Film James Bond terbaru "Quantum Solace" bisa jadi adalah film yang terasa paling beda di antara film-film Bond sebelumnya. Dalam film garapan sutradara Marc Forster ini Bond yang diperankan Daniel Craig tak terlihat flamboyan, tak ada adegan ranjang atau Bond yang romantis. Wajahnya dingin, tak banyak bicara, bahkan ia tak lagi meminum martini dan lebih memilih minum gin. Penonton juga tidak akan menemui kisah konspirasi global ataupun bekal perlengkapan dan peralatan canggih yang biasa dipakai Bond dalam film-film sebelumnya. Si pria tampan pujaan banyak perempuan cantik ini sering terlihat diam dan jauh di dalam sorot matanya seolah menyiratkan hati yang luka. Hal ini berbeda dengan tokoh-tokoh Bond sebelumnya, seperti Sean Connery lebih flamboyan, Roger Moore lebih konyol, Timothy Dalton lebih serius dan tidak terlalu banyak adegan seks, demikian pula dengan Pierce Brosnan yang karakternya flamboyan dan serius. Cerita Bond dalam film ke-22 ini lebih banyak adegan action dan pilih angkat senjata daripada menghindari musuh. Dalam beberapa adegan, Bond dengan ringan melayangkan tembakan atau menusukkan pisau ke tubuh siapa saja yang dianggap menghalangi atau tidak mampu memberikan informasi yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan film Bond sebelumnya, film ini menyajikan "full action" yang dilakoni Bond di darat, air, dan udara. Soal lokasi film juga lebih menarik dan indah dari sisi sudut pengambilan gambar, seperti ketika di Venezia dengan bangunan-bangunan tua yang eksotis, atau ketika di Austria dengan lokasi gedung-gedung megah menjulang dan tampak modern. Menyembuhkan Luka Bukan film Bond kalau tak bisa memberi kejutan dan sensasi tersendiri bagi penontonnya. Sang sutradara dan penulis cerita "Quantum Solace" tampaknya sangat menyadari hal itu. Maka dalam film ini dibuatlah benang merah antara film "Quantum Solace" dengan film sebelumnya "Casino Royale". Sang kekasih, Vesper, yang pernah berkhianat dan terbunuh di film "Casino Royale" diungkap kembali dalam film ini. Meski hanya lewat sebuah foto, luka lama Bond seperti terungkap lagi. Kisah agen mata-mata ulung Inggris ini sebenarnya bermula dari sebuah misi melintasi Amerika Selatan dan Eropa untuk menghentikan teroris lingkungan. Si teroris berkedok mengemban misi menyelamatkan lingkungan lalu diam-diam berusaha menguasai sumberdaya alam berharga di Haiti. Selama melaksanakan tugas itu, hati Bond yang tengah diliputi rasa kecewa, terus berusaha mencari tahu penyebab mengapa Vesper menghianatinya. Demi melaksanakan tugas dari bos "M", Bond melintasi Venezia, Bolivia, London, Haiti, Austria, dan Rusia. Dalam tugasnya kali ini Bond menghadapi banyak pergolakan batin dan nyaris beberapa kali salah perhitungan. Saking seringnya ia membunuh musuh, "M" hampir-hampir tak lagi mempercayai Bond dan memintanya nonaktif dari tugas sebagai agen rahasia. Secara sepintas, menonton film ini seperti halnya menyaksikan film Batman terbaru "The Dark Knight" yang mencoba untuk keluar dari tipikal film Batman sebelumnya. Bisa jadi Quantum Solace" mencoba hal yang sama lewat perubahan karakter si Bond itu sendiri. "The Dark Knight" menampilkan sosok pahlawan kegelapan yang bisa saja salah, bertindak berdasarkan perasaan dan bukan logika, serta sosok pahlawan yang bisa saja lemah ketika hatinya disakiti perempuan yang dicintainya. "Quantum Solace" membawa Bond berada dalam dilema itu. Ia berada di antara dendam, amarah, tugas yang tak boleh ditinggalkan, dan kesetiaan pada profesi. Pada akhirnya ke mana pun sang kreator "Quantum Solace" membuat film ini berbeda dari sebelum-sebelumnya, semua kembali pada penafsiran penonton dan penggemar setia film agen rahasia Inggris ini. Pendek kata, kali ini aksi Bond memang benar-benar memberi banyak kejutan bagi penonton. Atau bisa jadi kekecewaan penggemar setia filmnya karena karakter Bond mengalami perombakan. Di Indonesia, "Quantum Solace" diputar sejak awal November dan mendapat tanggapan positif dari penonton. Meski Bond tampil beda, para penggemar setianya datang untuk mengapresiasi film dan menjadikannya sebagai ajang lepas kangen terhadap tokoh ciptaan Ian Fleming.(*)

Pewarta: Oleh Desy Saputra
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008