Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah legislator dan pengamat berharap, Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yang kini berubah status sebagai Perusahaan Umum (Perum), benar-benar menjadi penyaji utama informasi Indonesia. "Lebih dari itu, karena peran sejarah dan fungsi kehadirannya, maka LKBN ANTARA sangat dibutuhkan untuk menyuarakan kepentingan bangsa di atas kepentingan individu, kelompok, golongan atau apa pun," kata politisi muda dari Partai Golkar Yuddy Chrisnandi. Andreas H Pareira, politisi PDI Perjuangan di Komisi I DPR RI, berharap LKBN ANTARA juga menjadi semacam Suara Indonesia atau "Voice of Indonesia" sekaligus sebagai instrumen standar informasi Negara yang mempunyai kredibilitas tinggi di luar negeri. Karena itu, Yuddy, Andreas, juga sejumlah anggota Komisi I DPR RI, termasuk Theo L Sambuaga (Ketua Komisi) dan Yusron Ihza Mahendra (Wakil Ketua Komisi) serta Abdillah Toha (Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen DPR RI), berharap LKBN ANTARA harus tetap dipertahankan eksistensinya, sekaligus ditingkatkan peran tugasnya menjalan misi negara. Singkatnya, Kantor Berita Nasional kebanggaan Indonesia itu harus bisa menjadi sumber berita terpercaya di tengah-tengah maraknya media asing dalam menyebar informasi yang belum tentu sesuai dengan kepentingan nasional. "Untuk menuju ke sana, maka LKBN ANTARA pun dituntut semakin profesional, kritis dan independen," kata Andreas Pareira. Perbincangan dan harapan-harapan tentang bagaimana seharusnya LKBN ANTARA ke depan tersebut, mengemuka ketika Komisi I DPR RI, juga Panitia Anggaran (Panggar) DPR RI, menelaah visi, misi dan program aksi kantor berita tersebut. Hal itu terkait dengan penetapan nilai PSO dan anggaran LKBN ANTARA. Sejumlah pimpinan dan anggota Komisi I DPR RI tersebut lalu merasa berkepentingan, agar LKBN ANTARA maju tak kalah dengan kantor-kantor berita global. Karena itu, di tengah pembahasan seputar progres aktivitas serta kebutuhan dana LKBN ANTARA di Komisi I DPR RI tersebut, mereka dengan tegas menyatakan dukungan kuatnya terhadap ANTARA selaku kantor berita nasional sekaligus "flag carrier" bangsa Indonesia (di bidang komunikasi), sebagaimana dinyatakan Theo Sambuaga. Politisi senior Partai Golkar ini juga meyakinkan, selama ini tidak pernah setengah-setengah mendukung eksistensi ANTARA. "Tugas kita bersama untuk tetap menjadikan ANTARA selalu bisa tampil yang terbaik membawa citra bangsa dalam pergulatan informasi dunia, menjadi kantor berita kebanggaan Indonesia dalam arus informasi global yang sangat-sangat kompetitif," ujar mantan Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) ini. Ia juga menilai, dalam situasi yang begitu dinamis sekarang, LKBN ANTARA harus dipertahankan. "Karena, di tengah persaingan ketat antar media sekarang, memerlukan spesialisasi. Dan ANTARA punya spesialisasi yang perlu terus ditingkatkan. Tetapi LKBN ANTARA juga harus meningkatkan kinerja dan profesionalismenya guna mempertajam spesialisasinya dan eksistensinya dari waktu ke waktu," kata Theo. Pandangannya senada juga dilontarkan anggota FPG lainnya dari Komisi I DPR RI, Hepi Bone Zulkarnain. "Intinya, kami semua di Komisi I tetap mendukung LKBN ANTARA sebagai kantor berita nasional dan `flag carrier` bangsa ini," katanya. Namun, dalam kaitan itu pula, dia juga meminta agar ANTARA juga dapat meyakinkan mereka. "Kami perlu diyakinkan. Progres ANTARA selama ini perlu dijelaskan," tegasnya. Sementara itu, Yusron Ihza Mahendra (Fraksi Gabungan Pelopor Bintang Demokrasi), menyatakan harus tetap maju dan berjaya. "Lembaga ini kebanggaan kita bersama. Makanya, saya ingin ANTARA tetap maju dan bahkan berjaya," katanya lagi. Beberapa anggota lain yang juga dihubungi menyatakan hal yang hampir senada, seperti Tosari Widjaja (Fraksi Partai Persatuan Pembangunan), Jeffrey Massie (Fraksi Partai Damai Sejahtera), dan Wakil Ketua Panggar dari Komisi I DPR RI, Dedy Djamaluddin Malik (Fraksi Partai Amanat Nasional). Instrumen Standar Informasi Fraksi PDI Perjuangan melalui Ketuanya, Tjahjo Kumolo, menyatakan fraksinya benar-benar berkepentingan adanya suatu perubahan ke arah lebih baik dalam eksistensi LKBN ANTARA ke depan. Apalagi LKBN ANTARA termasuk di antara lembaga yang mendapatkan suntikan dana PSO. "Saya mendapat informasi dari Ketua Panggar (panitia anggaran) DPR RI (kebetulan juga anggota Fraksi PDI Perjuangan), bahwa mereka sudah setuju Rp50 Miliar dalam pengajuan PSO untuk kantor berita ANTARA," katanya. Memang, menurutnya, semula ada semacam ketidakjelasan menyangkut masalah ini (pemberian dana PSO). Sebab, bagi Fraksi PDI Perjuangan, PSO itu ada karena merupakan penugasan Pemerintah yang pemanfaatannya buat rakyat. "Itulah yang sempat dipertanyakan Panggar DPR RI. Jadi, jelas beda kalau untuk PT Kereta Api, atau PT Pelni, yang langsung saja diketahui kemanfaatan dan pemanfaatannya. Dan ANTARA itu PSO-nya memang hampir sulit diperjuangkan, karena perlu kejelasan dan penjelasan tuntas soal posisinya," ujarnya. Untungnya, menurut Tjahjo Kumolo, kejelasan dan penjelasan itu akhirnya datang juga, malah muncul dukungan kuat setelah menyimak banyak faktor strategis yang layak dimainkan LKBN ANTARA tersebut. Apa saja hal-hal atau faktor strategis itu? Berikut ini penjelasan anggota Fraksi PDI Perjuangan yang bertugas di Komisi I DPR RI, Andreas Pareira. "Keberadaan LKBN ANTARA sebagai lembaga penyuplai informasi utama untuk media sangat strategis. Sebab, dialah sebagai instrumen standar informasi negara yang mempunyai nilai kredibilitas tinggi di luar negeri," tandasnya. Sementara itu, untuk lingkup domestik, lanjutnya, kita tahu sendiri, banyak media massa di daerah pun menjadikan LKBN ANTARA sebagai sumber informasi nasional. "Jadi, ANTARA itu selama ini telah menjadi penyuplai informasi utama dan standar, baik bagi media massa domestik, terutama di berbagai daerah, terlebih media massa internasional yang butuh informasi tentang Indonesia," ungkapnya. Karenanya, tegasnya, ANTARA mempunyai peran strategis sebagai pelayan informasi untuk media massa domestik dan internasional. "Makanya, Negara perlu mendukung ANTARA melalui anggaran PSO, agar lembaga ini bisa tetap bersaing dengan lembaga informasi swasta di dalam maupun luar negeri. Ingat, di Jakarta saja media `cybermedia` juga semakin menjamur," katanya mengingatkan. "Voice of Indonesia" Mengamati perkembangan kantor berita di berbagai negara, dan menyimak apa yang dilakukan LKBN ANTARA, Andreas Pareira lalu berkesimpulan, agar ANTARA harus bisa dikembangkan menjadi semacam "Suara Indonesia" (Voice of Indonesia). "Yah, kita berharap ANTARA menjadi pilar utama penjaga kepentingan nasional pada aspek informasi. Makanya, lembaga ini harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Untuk itu, ANTARA harus semakin profesional, kritis dan independen," kata Andreas Pareira. Rekannya dari Fraksi Partai Golkar, Yuddy Chrisnandi pun, berpendapat sama. "ANTARA harus dipertahankan bahkan ditingkatkan." Dia lalu mengajukan argumentasi, mengapa Pemerintah perlu mempertahankan dan mendukung LKBN ANTARA. "Karena peran sejarah dan fungsi kehadirannya untuk menyuarakan kepentingan bangsa di atas kepentingan individu, kelompok, golongan atau apa pun," tegasnya. Selain itu, ujar vokalis muda dari Partai Golkar ini, LKBN ANTARA itu merupakan pilar pemberitaan yang menjunjung tinggi objektivitas dan kebenaran bagi kepentingan nasional NKRI. "Jadi, satu misi kami dari Partai Golkar, LKBN ANTARA akan diperjuangkan terus," katanya bersemangat. Alasan mempertahankan lembaga ini, diperkuat pula oleh pendapat Sekretaris FPG Syamsul Bachri. "Karena, LKBN ANTARA telah berjasa dalam mengantarkan pertumbuhan pers nasional yang dibutuhkan untuk menyebarkan informasi bagi kepentingan masyarakat. Itu pertama dan yang utama," ujarnya. Kedua, lanjutnya, kantor berita nasional (memang harus ada), dan bisa menjadi sumber berita terpercaya di tengah-tengah maraknya media asing dalam menyebar informasi yang belum tentu sesuai dengan kepentingan nasional. "Oleh karena itu, penguatan dan peningkatan profesionalisme LKBN ANTARA harus didukung," kataSyamsul Bachri meyakinkan. Sudut Penyajian Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional yang juga Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP), Abdillah Toha, juga menjamin akan terus memperhatikan eksistensi LKBN ANTARA. "Yakinlah. Kami akan terus perhatikan. Saya akan tanyakan kepada Panggar DPR RI untuk terus memperjuangkan anggaran memadai bagi pertumbuhan media yang jadi `flag carrier` bangsa di bidang informasi ini," katanya lagi. Sementara itu, Sekretaris Fraksi Partai Demokrat, Sutan Bathoegana menyatakan, LKBN ANTARA sebagai lembaga dan salah satu sumber berita kredibel, harus dipertahankan. "Saya setuju untuk dibentuk usaha-usaha seperti yang dimaksudkan oleh beberapa pihak, seperti bisa juga jadi media ritel, juga bisa memposisikan diri agar ada pusat berita milik nasional, tempat beberapa media, baik di dalam maupun dari luar untuk dapat mendapatkan berita terutama tentang keadaan NKRI," urainya. Dia juga menyatakan posisi strategis yang harus dilakukan ANTARA di tengah pertarungan industri media yang sarat kepentingan. Juga, perlunya kantor berita masuk media ritel dengan strategi lini produk dengan tetap mempertahankan produk utama untuk media. "Kami paham tentang itu. Dan karenanya, tidak ada alasan untuk memotong anggaran bagi LKBN ANTARA," kata Sekretaris Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Suharso Monoarfa, yang juga salah satu Wakil Ketua Panggar DPR RI, saat disodorkan pertanyaan, masih adanya pihak belum memahami fungsi maupun eksistensi LKBN ANTARA, sehingga PSO 2009 LKBN ANTARA terancam dipotong. Suharso Monoarfa juga berharap, LKBN ANTARA dapat melakukan diversikasi produk yang berbarengan dengan perbaikan serta peningkatan kualitas instrumen teknis maupun mutu sumberdaya manusianya. Senada dengan itu, pengamat politik dan media dari LIPI, Dr Herman Sulistyo, mengharapkan, LKBN ANTARA agar dapat terus berbenah. "Pasalnya, kehadiran lembaga kantor berita ini tetap penting, karena kan tidak mungkin media mampu mencakup semua peristiwa, ongkosnya terlalu mahal. Dan ANTARA bisa merupakan salah satu lembaga media yang dapat memenuhi kebutuhan para mitranya serta publik," ujarnya. Namun, untuk "survive", LKBN ANTARA harus terus mengembangkan kerjasama dengan media-media untuk penyediaan jasa tertentu yang tidak mungkin diliput sendiri oleh media bersangkutan. "Tetapi satu hal yang pasti dan ini terus perlu dilakukan dari waktu ke waktu, LKBN ANTARA harus terus bisa menjadi alternatif berita dari media-media yang ada. Untuk itu, LKBN ANTARA harus kreatif dalam menentukan `angle` berita," kata Hermawan Sulistyo.(*)

Oleh Oleh Manuel Jeffrey Rawis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008