Menurut saya, dengan adanya langkah ini maka target 23 persen pada tahun 2025 optimistis akan bisa tercapai atau bahkan terlampaui
Purwokerto (ANTARA) - Peneliti Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Ropiudin mengatakan implementasi B30 menunjukkan keseriusan pemerintah meningkatkan porsi penggunaan energi terbarukan.

"Implementasi B30 yang baru saja diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo menurut saya sangat positif dan patut diapresiasi," kata Ropiudin di Purwokerto, Jumat.

Peneliti senior Laboratorium Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan Unsoed tersebut menilai implementasi B30 akan mendukung upaya meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi dengan target 23 persen pada tahun 2025.

"Menurut saya, dengan adanya langkah ini maka target 23 persen pada tahun 2025 optimistis akan bisa tercapai atau bahkan terlampaui," katanya.

Baca juga: Alasan Jokowi percepat implementasi Program Biodiesel

Dia menambahkan implementasi B30 dan seterusnya serta bioenergi lainnya akan berkontribusi positif pada ketahanan dan kemandirian energi nasional.

"Bioenergi dimaksud adalah bioetanol, greendiesel, biogas, biobriket, biopellet dan lain sebagainya," katanya.

Dia juga menambahkan Indonesia sebagai negara penghasil sawit yang besar tentu akan mampu menjadi penghasil biodiesel terbesar di dunia.

"Sebagai salah satu negara penghasil sawit, akan menjadi dorongan besar bahwa Indonesia akan mampu menjadi penghasil biodiesel terbesar di dunia. Didukung oleh potensi biomassa lainnya untuk menghasilkan biodiesel dan bioenergi lain yang juga sangat besar," katanya.

Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa pemerintah perlu terus memperkuat program ekstensifikasi lahan sawit.

Baca juga: BPDPKS salurkan Rp33,6 triliun untuk biodiesel dan peremajaan sawit

"Dengan demikian, maka isu-isu lama terkait dengan tarik ulur sawit untuk pangan dan energi dapat diselesaikan dengan program ekstensifikasi lahan sawit," katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan senang implementasi Program B30 akan menghemat devisa negara hingga mencapai 4,8 miliar dolar AS atau Rp63 triliun.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi usai meresmikan implementasi Program B30 di SPBU Pertamina di Jalan MT Haryono Jakarta Selatan, Senin (23/12). 

"Hari ini kita sampaikan bahwa Program B30 telah kita luncurkan dan ini bisa menghemat, yang saya paling senang ini bisa menghemat devisa Rp63 triliun," katanya.

Presiden Jokowi juga memberikan apresiasi kepada semua pihak karena implementasi Program B30 bisa dipercepat.

Baca juga: Kenaikan harga sawit petani dipicu mandatori biodiesel
 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019