Denpasar (ANTARA News) - Bali kebanjiran mutiara, batu permata dan logam mulia dari luar negeri lainnya sehingga pada triwulan kedua 2008 harus membayar 5,4 juta dolar AS atau 120 persen lebih besar dibanding triwulan pertama 2008 sebesar 2,4 juta dolar. Realisasi nilai impor mutiara, batu permata dan logam mulia serta perhiasan imitasi lainnya selama Januari-Juni 2008 mencapai 7,9 juta dolar, kata Bank Indonesia dalam laporannya, Senin. Pengusaha perhiasan tidak mengurangi permintaan logam mulia impor meskipun harga bahan baku perhiasan di pasar global terus menanjak, karena mereka menikmati permintaan domestik dan ekspor yang tinggi pada barang-barang kerajinan berbahan baku logam mulia impor itu. Laporan Bank Indonesia Denpasar menyebutkan, sepanjang priode Januari - Juni 2008, realisasi ekspor perhiasan mutiara, logam mulia, perak dan emas meningkat menjadi 36,9 juta dolar AS. Bertambah banyak logam mulia beriringan dengan semakin kreatifnya para pengusaha perhiasan di Bali yang terus memperbanyak desain-desain asli perhiasan dan asesoris berbahan baku logam mulia impor dipadukan dengan bahan lokal seperti kulit dan kerang yang rata-rata disenangi konsumen. Anting-anting perak dengan kombinasi kerang misalnya, laris dipesan konsumen asal AS, Australia dan Uni Eropa, demikian Ni Nyoman Sukarti, seorang pengusaha dan perajin perhiasan perak dan emas di Denpasar, kepada ANTARA, Senin. Kreatifitas perajin dalam menghasilkan produk bernilai seni dan berakar kuat pada budaya Bali, membuat permintaan pada perhiasan Bali dari luar negeri terus meningkat. Tahun lalu, Bali memperoleh devisa 61 juta dolar AS dari ekspor perhiasan mutiara, batu permata, logam mulia dan perhiasan imitasi lainnya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008