Samarinda (ANTARA News) - Meningkatnya krisis kepercayaan terhadap calon pemimpin tercermin pada tingginya jumlah golongan putih (Golput) atau pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya dalam Pilkada (pemilihan kepala daerah) langsung gubernur Kaltim 2008-2013 putaran kedua pada 23 Oktober tahun ini. "Kalau kita melihat jumlah Golput meningkat cukup signifikan pada pemilihan gubernur putaran kedua pada 23 Oktober lalu, hal itu mencerminkan meningkatnya krisis kepercayaan terhadap calon pemimpin," kata pengamat politik Kaltim, Prof Sarosa Hamongpranoto, di Samarinda, Senin. Lingkaran Survey Indonesia (LSI) memprediksi bahwa partisipasi pemilih pada Pilkada langsung gubernur dan wakil gubernur Kaltim putaran kedua hanya sebesar 58,22 persen, sementara Golput diperkirakan 40-42 persen. Banyak faktor untuk jadi golput Mantan Dekan Fisipol Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda itu menjelaskan bahwa sikap masa bodoh warga untuk menggunakan hak suaranya akibat berbagai faktor, diperkirakan yang dominan adalah krisis kepercayaan terhadap calon pemimpin. "Menjelang Pemilu atau Pilkada biasanya tim sukses tidak hanya menggunakan cara elegan namun juga cara-cara kotor termasuk kampanye hitam untuk saling menjatuhkan rivalnya, hal ini termasuk yang mendorong kian meningkatnya krisis kepercayaan terhadap calon pemimpin," kata Sarosa. Ia menjelaskan bahwa menjelang Pilgub putaran pertama pada 26 Mei 2008, kampanye hitam sudah membawa dampak bagi kepercayaan publik terhadap calon pemimpinnya terbukti jumlah Golput sudah mencapai sekitar 30-32 persen. "Menjelang Pilgub putaran kedua, kampanye hitam terus meningkat sehingga membawa pengaruh besar bagi kepercayaan warga terhadap calon pemimpinnya, terbukti diprediksi jumlah Golput cukup besar, yakni sekitar 40-42 persen," ujar Sarosa. "Terjadinya hujan pada hari pencoblosan Pilgub putaran kedua serta sudah kalahnya dua calon lain pada Pilgub putaran pertama juga jadi faktor lain penyebab tingginya Golput di Kaltim," kata Sarosa. Pilgub putaran pertama terdapat empat pasangan calon, yakni Awang Farouk-Farid Wajdi, Nusyirwan Ismail-Bambang Heru, Achmad Amins-Hadi Mulyadi dan Yusuf SK-Luther Kombong. Pada putaran kedua yang bertarung memperebutkan kursi "KT-I" menyisakan pasangan Awang Farouk-Farid Wajdi dan Achmad Amins-Hadi Mulyadi. Pilgub Kaltim yang memasuki putaran kedua baru pertama kali terjadi di Indonesia. Sementara itu, Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) --salah satu lembaga swadaya masyarakat-- menilai bahwa kelemahan KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Kaltim dalam mengolah data pemilih menjadi salah satu faktor penyebab tingginya Golput. Koordinator JPPR, Nasional Jeirry Sumampow menerangkan bahwa secara umum Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang digunakan pada Pilgub kedua masih memakai daftar putaran pertama. Padahal, Imbuh dia, daftar pemilih putaran pertama sudah bermasalah, misalnya banyak warga yang tidak menerima undangan dan kartu pemilih. Kurangnya sosialisasi Pilgub putaran kedua juga dituding sebagai penyebab tingginya Golput.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008