Jakarta (ANTARA) - International Business Machines Corp mengatakan sudah menemukan teknologi baterai baru sebagai sumber alternatif, berupa material yang diambil dari sweater.

"Tujuannya dalam setahun atau lebih, bisa menghasilkan prototipe (baterai) yang bisa berfungsi," kata wakil direktur di IBM Research, Jeff Welser, dikutip dari Reuters.

IBM mencari sumber alternatif baru pengganti bahan mineral yang semakin mahal, teknnologi baru mereka menggunakan material yang diekstrak dari sweater sehingga tidak perlu lagi menggunakan kobalt.

Produsen baterai harus mengurangi kandungan kobalt di baterai lithium-ion karena perluasan pasar kendaraan listrik diperkirakan akan berakibat pada kekurangan mineral, yang kebanyakan berasal dari Republik Demokratik Kongo.

Baca juga: Porsche pertimbangkan baterai dari China

Baca juga: Berapa rupiah yang dibutuhkan sekali isi baterai Outlander PHEV?


IBM meyakinkan teknologi mereka terbukti, dan dari segi biaya bisa mengungguli baterai lithium-ion dengan durasi pengisian daya dan efisiensi energi.

Mereka bermitra dengan bagian riset Daimler AG Mercedes-Benz, pemasok baterai elektrolit Central Glass dan pembuat baterai Sidus untuk mengembangkan produk ini secara komersial.

Welser menambahkan IBM mungkin saja tidak menggunakan baterai tersebut untuk produk mereka.

Baca juga: Bahlil sebut tiga negara minati investasi baterai litium di Indonesia

Baca juga: Terpincut teknologi Jerman, Tesla siapkan pabrik baterai di Berlin

Baca juga: Toyota Ultra Compact, mobil mungil baterai yang siap diproduksi
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019