Medan, (ANTARA News) - Calon anggota DPR RI daerah pemilihan Sumatera Utara (Sumut) I, Meutya Hafid, menilai, dewasa ini pemerintah belum sepenuhnya memperhatikan pendidikan di daerah pedesaan. Hal tersebut terungkap dalam diskusi calon legislatif 2009-2014 dari Partai Golkar Sumut dengan warga di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Selasa. Menurut dia, dengan anggaran pendidikan yang ada, seharusnya pemerintah bisa memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan di wilayah pedesaan baik dari segi kualitas siswa maupun terhadap tenaga pengajar. Sumber daya manusia di sektor pendidikan di daerah terpencil itu dewasa ini masih sangat memprihatinkan, padahal pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah menerapkan sistem kelulusan ujian nasional (UN) baik dari tingkat SD hingga SLTA. "Dengan sistem UN itu, maka sudah sepantasnya pemerintah memprioritaskan pendidikan di daerah terpencil dan pedesaan di tanah air terutama dari segi infrastruktur pendidikan dan kualitas para guru," ujarnya. Sebelumnya dalam diskusi dengan warga terungkap bahwa tenaga pengajar yang telah belasan tahun mengabdi di daerah itu mendapat perhatian yang berbeda dibandingkan dengan lulusan sarjana. "Saya tamatan SMA dan telah mengajar 18 tahun di TK, namun hingga kini belum ada perhatian yang kami rasakan dari pemerintah setempat. Sedangkan guru lulusan sarjana yang baru bekerja setahun di TK yang sama langsung mendapatkan perlakuan khusus dan perhatian terutama dari segi kesejahteraan," ujar Rosita, (40) yang telah mengajar selama 18 tahun pada TK setempat. Selain berdiskusi dengan warga, mantan pembawa acara Metro TV itu juga mendatangi beberapa daerah untuk lebih memahami permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat Sumut. "Saya datang untuk mendengarkan keluhan masyarakat, bukan untuk menyampaikan visi misi sebagai caleg. Karena suara rakyat-lah menjadi visi saya dan sudah saatnya suara rakyat Sumut betul-betul didengar agar dapat membawa perbaikan," kata Meutya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008