Kendari, (ANTARA News) - Populasi satwa burung Maleo (Macrocephalo maleo) yang dilindungi keberadaannya terancam punah karena secara terus menerus kehilangan habitat. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara (Sultra), Fred Kurung di Kendari, Kamis, mengatakan, penyusutan habitat burung maleo karena pengaruh kegiatan ladang berpindah-pindah. Selain itu, juga disebabkan penebangan kayu secara liar dan pembukaan lahan baru untuk pemukiman warga tanpa mempertimbangkan fungsi kawasan sekitarnya. "Aktivitas pembukaan lahan baru dan penebangan kayu tidak lagi memperhatikan fungsi kehidupan sekitar, tetapi cenderung muncul hawa nafsu keserakahan untuk mengeksploitasi kawasan hutan, termasuk habitat burung maleo, padahal satwa pun butuh hutan untuk mengembangkan dirinya," kata Fred. Di Kawasan Suaka Margasatwa (SM) Kabupaten Buton Utara --dulu wilayah pemerintahan Kabupaten Muna-- adalah habitat burung maleo yang handal, namun kini kondisinya sudah memprihatinkan. Penerbitan izin pemanfaatan kayu tanah milik (IPKTM) cenderung tidak terkendali hanya karena mengejar target mengumpulkan pendapatan asli daerah (PAD), namun tanpa disadari telah memupuskan harapan kehidupan satwa yang dilindungi seperti burung maleo. Perburuan liar saat ini, juga menjadi ancaman serius karena bukan lagi menggunakan alat jerat tradisional, tetapi masyarakat juga dengan menggunakan alat senjata angin --senjata burung--berburu burung maleo, sehingga sulit bagi satwa tersebut untuk Menyelamatkan diri. "Kalau alat jerat biasanya hanya dipasang di tempat bertelur burung Maleo, sehingga masih memungkinkan untuk menghindar, tetapi sekarang ini pelaku pencari burung maleo sudah menggunakan senjata angin," kata Fred. Pengawasan dari instansi terkait, yakni KSDA dan Dinas Kehutanan, menurut dia, sulit dimaksimalkan karena keterbatasan anggaran, sarana dan personil. Selain burung Maleo, juga satwa liar yang memiliki habitat di SM Buton Utara adalah rusa (Cervus timorensis), monyet Buton (Macaca brunnences) dan kus-kus (Phalanger sp). Ketua Yayasan Hijau Indonesia, Sahlan sangat menyesalkan adanya perburuan satwa langka seperti maleo di daerah itu. Padahal, menurut dia, keanekaragaman satwa di wilayah Sultra sesungguhnya dapat menjadi obyek wisata andalan. "Bukan hanya panorama alam pantai dan air terjun yang dapat menarik wisatawan tetapi burung pun menarik untuk dinikmati," katanya. Oleh karena itu, diharapkan semua pihak haru peduli dengan habitat burung Maleo yang populasinya makin sedikit. SM Buton Utara yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 782/Kpts-II/Um/12/1979 tertanggal 17 Desember 1979 memiliki luas 82.000 hektare. SM Buton Utara terletak pada ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar, landai bergelombang hingga berbukit-bukit.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008