Sejumlah bendera kuning dipasang di perumahan Daksinapati Timur, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin dini hari. Di dalam berbagai bendera kuning tersebut terdapat sebuah nama, Bakir Hasan, seorang ekonom dan mantan Pemimpin Umum LKBN Antara pada tahun 1985. Bakir Hasan, yang lahir di Pekalongan, 27 Juli 1936, meninggal dunia pada Minggu (28/9) malam pada sekitar pukul 19.15 WIB, setelah mengalami gejala sesak nafas dan batuk-batuk. Menurut anak sulung almarhum, Nur Aida Hidayati, Bakir Hasan memang telah lama mengidap penyakit jantung, yaitu sejak tahun 1991. "Bapak telah menjalani operasi `bypass` dan telah dipasang ring (untuk katup jantung) hingga tiga kali," kata Aida yang akrab dipanggil Ida. Sementara itu, suami Ida, Heru mengatakan, Bakir baru pulang dari RS Medistra pada Jumat (27/9) setelah menjalani operasi untuk pemasangan ring di RS Medistra yang dilakukan pada Rabu (25/9). Sebelum di rawat di Tanah air, ujar Heru, Bakir juga pernah melakukan operasi "bypass" di Australia dan menjalani "medical check-up" di Singapura. Adik ipar almarhum, Ichlasul Amal mengatakan, Bakir meninggal dunia, anggota keluarga lainnya sedang menunaikan ibadah shalat taraweh. Bakir Hasan akan dimakamkan di TPU Utan Kayu atau juga dikenal dengan sebutan TPU Kemiri, di dekat Pasar Sunan Giri, Rawamangun, Jakarta Timur, pada Senin (29/9) siang setelah waktu zuhur. "Bapak akan dikuburkan pada waktu siang hari karena juga menunggu kerabat yang datang dari pekalongan," kata Ichlasul. Pada Minggu (28/9) malam hingga Senin (29/9) dini hari, sejumlah pejabat seperti Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta dan Gubernur Kepulauan Riau Ismeth Abdullah, turut melayat jenazah Bakir Hasan. Menurut pihak keluarga, Meneg PP Meutia Hatta merupakan salah seorang tetangga yang rumahnya berdekatan dengan tempat tinggal almarhum. Sedangkan Gubernur Kepri Ismet Abdullah merupakan teman dekat Bakir Hasan. Sementara itu, Ichlasul juga mengemukakan, pada Senin (29/9) pagi diperkirakan sejumlah tokoh pers nasional seperti Muhammad Alwi Dahlan juga akan datang melayat. Semangat Heru menuturkan, Bakir jarang membicarakan Antara selama beberapa tahun terakhir ini, tetapi selalu bersemangat bila terdapat berita di media yang bersumber atau mengutip dari kantor berita nasional tersebut. "Bila ada berita dari Antara, bapak suka bercerita tentang pengalamannya saat memimpin Antara," kata lelaki berkaca mata itu. Selain itu, Bakir sendiri pernah diundang untuk menjadi pembicara dalam acara yang diselenggarakan oleh LKBN Antara pada pertengahan 2008. Selain pernah menjadi Pemimpin Umum LKBN Antara pada 1985, Bakir Hasan juga pernah menjabat antara lain sebagai staf Ketua Bappenas, staf ahli Panitia Angket DPR, staf ahli Menteri Sekretaris Negara, dan komisaris utama PT Boma Bisma Indra. Peraih gelar MBA di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat (1972) itu juga menjadi dosen dan pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Salah satu contoh kesederhanaan Bakir adalah kerap menyantap makanan dari tukang penjual makanan di pinggir jalan meski dirinya telah menjadi seorang pejabat yang berkedudukan tinggi. Sikap hidup yang sederhana itu juga bisa muncul karena salah satu tokoh yang dikagumi oleh Bakir adalah Wakil Presiden RI pertama, Muhammad Hatta, yang juga dikenal sebagai sosok yang bersahaja. Kekaguman kepada Bung Hatta itu juga mendorong Bakir Hasan untuk terjun dan menekuni dunia perekonomian, khususnya di bidang pemasaran. Bakir yang menikahi Winarsih itu meninggalkan tiga orang anak, yaitu Nur Aida Hidayati (40), Nur Adi Hidayat (34), dan Rahmadi Hidayat (24).(*)

Oleh Oleh Muhammad Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008