Jakarta (ANTARA News) - Wakil pemimpin partai yang berkuasa di Afrika Selatan, Kgalema Motlanthe, dilantik sebagai presiden ketiga negara itu sejak berakhirnya apartheid setelah melalui persaingan di internal partai yang menyakitkan hati. Motlanthe yang memperoleh 269 suara dari 360 suara yang diberikan dalam satu pemilihan rahasia menyampaikan sumpah jabatannya di hadapan ketua pengadilan konstitusi Pius Langa tak lama setelah memperoleh kemenangan dalam pemilihan di parlemen. "Saya akan setia pada Republik Afrika Selatan dan akan mematuhi serta menjaga konstitusi dan semua undang-undang di republik ini," katanya seperti dikutip AFP. Motlanthe akan memandu negara itu menuju pemilu tahun depan sambil menjembatani jurang yang membagi Kongres Nasional Afrika (ANC) yang berkuasa ke dalam dua faksi yang saling berselisih. Persaingan pengaruh dalam partai itu mencemplungkan Afsel ke dalam krisis politik terburuk sejak berakhirnya apartheid tahun 1994, setelah Thabo Mbeki secara dramatis digulingkan dari kekuasaan hanya beberapa bulan sebelum berakhirnya masa jabatan keduanya sebagai presiden. ANC mengatakan bahwa pemilihan Motlanthe untuk menjamin stabilitas Afrika Selatan. "Pemilihan Motlanthe mengirim sinyal ke negara ini, tetangga kita dan masyarakat internasional mengenai komitmen ANC untuk memelihara stabilitas dan kontinuitas dalam pemerintahan," demikian ANC. Dalam pidato pada parlemen, partai-partai oposisi mendesak presiden berusia 59 tahun itu untuk mengatasi pertengkaran internal di partai itu. "Negara ini akan meneriakkan kepemimpinan yang tegas dan kuat untuk meredakan kegelisahan rakyat kita yang sangat terguncang oleh konflik internal partai yang sedang memerintah ini," kata Joe Seremane dari Aliansi Demokratik yang beroposisi. Satu-satunya penantang Motlanthe untuk jabatan presiden ini mendesak presiden baru untuk bertindak cepat menenangkan kekhawatiran di dalam negeri dan internasional serta menciptakan stabilitas dan kontinuitasnya. Motlanthe akan menjembatani kubu Jacob Zuma dan kubu Mbeki yang kehilangan kekuasaannya akhir pekan lalu setelah didesak mundur oleh partainya. Motlanthe sendiri berjanji untuk mengirim pesan mengenai kontinuitas pemerintahan setelah sepertiga dari para politisi penting, termasuk wakil presiden Afsel, mundur untuk menunjukkan solidaritasnya pada Mbeki. Tujuh menteri diperkirakan akan tinggal dalm kabinet, sedangkan beberapa lainnya sudah menyatakan keengganannya bergabung dalam kabinet baru ini. Zuma, yang Desember 2007 menggantikan Mbeki sebagai ketua ANC, telah mengurangi kekhawatiran orang mengenai bakal terceburnya negara ke dalam krisis akibat krisis politik itu. "Tidak ada masalah, situasinya terkendali, jangan panik," ia mengatakan di e-tv-news Rabu. Sebagai pemimpin partai, Zuma diperkirakan akan dipilih oleh suara terbanyak untuk menjadi presiden Afsel dalam pemilihan tahun depan. Mbeki mematuhi permintaan mundur sebagai presiden menyusul keputusan pengadilan yang memberatkannya karena mengisyaratkan ia telah membantu menyingkirkan Zuma dari ANC yang ia pecat dari jabatan wakil presiden pada 2005. Mbeki membantah putusan pengadilan itu dan akan naik banding dengan menyatakan pengadilan telah ikut campur terlalu dalam pada urusan partai. Mbeki dan Zuma terlibat dalam persaingan kekuasaan yang sengit selama Mbeki menduduki jabatan kepresidenan Afsel. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008