Pasuruan, (ANTARA News) - Wali kota Pasuruan, Aminurrokhman, mengaku pihaknya teledor mengantisipasi sehingga terjadi tragedi zakat yang menelan korban jiwa. Aminurrokhman menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh warga Kota Pasuruan. Pernyataan walikota tersebut disampaikan dalam sidang pleno DPRD Kota Pasuruan tentang penjelasan tragedi pembagian zakat di Kelurahan Purutrejo Kota Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (24/9). Wali kota mengakui, tragedi pembagian zakat di Kota Pasuruan yang menelan 21 korban jiwa itu secara moril merupakan tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab moril tersebut telah diwujudkan dalam tindakan merawat korban, menyantuni keluarga korban, termasuk memberi bea siswa terhadap anak-anak korban. Ia menjelaskan, bantuan beasiswa terhadap anak-anak koban tragedi zakat di Pasuruan diberikan hingga para anak korban lulus sekolah. Santunan diberikan kepada keluarga korban, masing-masing Rp 1 juta untuk keluarga korban meninggal serta merawat sampai sembuh bagi yang sakit di RSUD Dr. Soedarsono Kota Pasuruan. Wali kota mengemukakan,Pemkot Pasuruan tidak mengetahui ada kegiatan pembagian zakat langsung yang diberikan keluarga H. Syaichon. Wali kota menyebutkan, pembagian zakat yang dilakukan keluarga H. Syaichon yang selalu dilakukan pada setiap 15 Ramadan, dimulai pukul 10.00 WIB hingga selesai. Namun, masyarakat miskin yang mengharap mendapat zakat telah mmulai antre sejak pukul 06.30 WIB. Pada pukul 10.30 WIB pembagian zakat mulai kacau, karena masyarakat saling berdesak-desakan untuk mendapatkan jatah terlebih dulu, sehingga formasi antrean menjai rusak dan tidak beraturan. Aparat kepolisian dari Polres Pasuruan dibandtu Satpol PP Kota Pasuaruan sudah berusaha menghentikan dan membubarkan massa, tapi warga tetap tidak mengindahkan peringatan aparat. Sementara kondisi lapangan di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Gang Pepaya ditutup "gedek" (pagar bambu), baik dari arah barat maupun timur. Akibatnya, korban tidak bisa dihindari karena jumlah warga tidak seimbang dengan kondisi lokasi yang nisbi sempit. Korban meninggal dunia sebanyak 21 orang, terdiri warga Kota Pasuruan masing-masing Farida, 25 (Kelurahan Tambaan), Ngatemi, 65 (Jl. Hang Tuah), Mak Ni, (Jl. Halmahera), Sunarsih, 55 (Krapyakrejo), Yanti mandasari,37 (Jl. Kebonjaya), Suhanik, 32 (Jl. Jambangan). Riyama, 47 (Mandaranrejo), Aliyah, 50 (Ngemplakrejo), Sumirah, 75 (Ngemplakrejo), Siti Khotijah, 50 (Ngemplakrejo), Saminah, 50 (Kepel), Supinah, 40( Kepel), Fatimah,35 (Kepel), Mbok Salamah, 55 (Gadingrejo), Satumi, 37 (Ngemplakrejo), Muriyati, 45 (Jl. Sulawesi). Sedangkan korban dari Kabupaten Pasuruan masing-masing Mak Ti (60 (Suko Sungi Kraton), Tuminah, 35 (Pateguhan Rejoso), Khotijah, 50 (Rejoskidul Rejoso), Tumikha, 55 (Gondangwetan), Khayumi, 55 (Kraton). Korban luka berat dan ringan sebanyak 12 orang seluruhnya dirawat di RSUD Dr. Soedarsono Kota Pasuruan. Sebelumnya, M. Sholeh dari FKB mengungkapkan, tidak puas terhadap keterangan Wali kota.Sholeh mempertanyakan, apa tugas Camat sebagai kepala wilayah, dan Satpol PP yang bertugas untuk menjaga ketenteraman dan ketertiban masyarakat selama ini. Sementara itu, Nurul Jadid, dari FKB menanyakan, mengapa Pemerintah Kota Pasuruan tidak melakukan antisipasi padahal pembagian zakat yang dilakukan H Syaichon tahun 2007 lalu juga sudah tidak tertib, sejumlah warga terjatuh ke selokan.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008