Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengharapkan tren penurunan suku bunga kebijakan BI 7 Days Repo Rate (RR) bisa memberikan dampak kepada peningkatan pembiayaan kepada dunia usaha sebagai stimulus.

Airlangga dalam pernyataan di Jakarta, Kamis, juga menginginkan suku bunga acuan tersebut juga dapat mendukung berbagai kebijakan yang telah dirumuskan pemerintah untuk mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat.

"Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya memerlukan dukungan dari sisi fiskal, namun juga sisi moneter dalam hal ini pihak Bank Indonesia," kata Airlangga.

Baca juga: Tahan suku bunga, BI memilih pangkas Giro Wajib Minimum 0,5 persen

Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar lima persen dalam Rapat Dewan Gubernur periode November 2019, setelah penurunan empat kali beruntun sejak Juli-Oktober 2019 sebesar 100 basis poin.

Airlangga memandang peluang BI untuk menurunkan suku bunga kebijakan ke depan cukup besar karena beberapa pertimbangan yaitu tren laju inflasi yang masih rendah dibawah target 3,5 persen plus minus satu persen yaitu 3,13 persen hingga Oktober 2019.

Kemudian, stabilitas rupiah terhadap dolar AS yang masih terjaga pada kisaran Rp14.000 serta suku bunga acuan BI yang masih cukup tinggi dibandingkan negara tetangga lainnya seperti Filipina empat persen, Malaysia tiga persen dan Thailand 1,5 persen.

Baca juga: Rupiah menguat tipis usai BI tahan suku bunga

Demikian juga, tambah dia, suku bunga rill (dengan mengurangi angka inflasi dari suku bunga kebijakan) di Indonesia masih menarik dibandingkan Thailand dan Chinese Taipei, dan sama menariknya dengan Malaysia.

Meski demikian, ia mendukung keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan karena saat ini masih terdapat risiko global yang dipicu oleh ketidakpastian perang dagang AS dengan China dan Brexit yang berlarut-larut.

"Keputusan mempertahankan BI 7 Days RR yang diambil BI, saya rasa itu merupakan keputusan optimal. Meski tekanan inflasi di dalam negeri berada pada tren yang menurun dan nila tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level yang relatif stabil, BI kemungkinan masih memandang resiko eksternal masih cukup tinggi," ujarnya.

Airlangga juga mengapresiasi langkah penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah oleh bank sentral untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 basis poin menjadi masing-masing 5,5 persen dan 4,0 persen dalam upaya menjaga kecukupan likuiditas di pasar keuangan.


 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019