Jakarta (ANTARA News) - Panitia Kerja (Panja) asumsi RAPBN 2009 dan pemerintah menyepakati besaran subsidi listrik 2009 sebesar Rp54,55 triliun, lebih rendah dari kesepakatan sebelumnya antara pemerintah dengan Komisi VII sebesar Rp60,43 triliun. "Ini sudah mempertimbangkan dan memperoleh angka yang lebih baik, karena bahkan pertumbuhan penjualan listrik naik dari 5,63 persen menjadi 7 persen dan `energy mix` yang lebih baik karena ada DMO batubara 30 persen," kata Koordinator panja asumsi RAPBN 2009, Harry Azhar Azis kepada ANTARA News di Jakarta, Rabu. Saat menjelaskan hasil rapat Panja asumsi dan pemerintah yang berlangsung hingga pukul 21.15 WIB itu dia mengatakan, subsidi Rp54,55 triliun itu diperoleh dari subsidi berjalan 2009 sebesar Rp55,24 ditambah kekurangan subsidi 2007 dan 2008 sebesar Rp5,48 triliun, tapi dikurangi langkah penghematan 2009 sebesar Rp6,17 triliun. Dengan demikian, katanya, komposisi "energy mix" untuk pasokan listrik adalah BBM sebesar 7,9 juta KL, biofuel 18 ribu KL, gas alam 325 ribu BBTU, batubara 23,5 juta ton dan panas bumi 3,5 juta MWH. "Walau PLN tidak dapat menjamin tidak terjadinya `byar pet` 100 persen, PLN berjanji tahun 2009 pemadaman listrik dapat diminimalkan," katanya. Bila proyek 10 ribu MWH berhasil, tambahnya, tahun 2010 dan seterusnya PLN mampu merespon pertumbuhan kebutuhan listrik nasional.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008