Jakarta, (ANTARA News) - DPR dan Pemerintah menyepakati besaran asumsi lifting (produksi) minyak pada 2009 sebesar 960 ribu barel per hari. Jumah itu lebih tinggi dari usulan pemerintah 950 ribu barel per hari termasuk pengalihan (swap) sebesar 50 ribu barel. Koordinator Panja asumsi RAPBN 2009 Harry Azhar Azis kepada ANTARA di Jakarta, Rabu, mengatakan rapat panja asumsi RAPBN pada Selasa yang berlangsung hingga pukul 22.15 menghendaki pengolahan dan eksplorasi dilakukan dengan lebih agresif. "Agresifitas tersebut dimaksudkan agar gejala penurunan alamiah (declining rate) menjadi minimal," katanya. Selain itu, penetapan angka yang lebih rendah 1,8 persen dari target 2008 sebesar 977 ribu per barel per hari juga dimaksudkan agar lifting pada 2010 dan seterusnya dapat diprediksi lebih dini dalam bentuk roadmap yang jelas. "Asumsi makro ekonomi yang telah disepakati sebelumnya adalah suku bunga SBI 8 persen, kurs rupiah Rp9.100 per dolar AS dan harga minyak 100 dolar AS per barel. Dengan demikian, asumsi yang masih harus diselesaikan tinggal asumsi pertumbuhan ekonomi dan inflasi," kata Wakil Ketua Panitia Anggaran itu. Pemerintah sendiri mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 2009 mencapai 6,3 persen dan tingkat inflasi 6,5 persen, sedang DPR mengasumsikan 6,4 persen pertumbuhan ekonomi dan 6,2 persen inflasi pada 2009. Untuk mencapai target itu, kata Sesmeneg PPN/Sestama Bappenas Syahrial Loetan, Departemen ESDM harus bekerja keras untuk mencapai angka itu karena berarti harus ada sumber baru dalam waktu dekat. "Itu juga berarti, target tersebut harus direview lebih sering dari biasanya. Mungkin bisa tiga bulan sekali dari sebelumnya setahun sekali pada saat pembahasan APBN perubahan. Kalau tidak masuk, ya harus segera disesuaikan," katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008