Jakarta, (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berencana mengembangkan laboratorium udara (Flying Laboratorium for Atmospheric Research/FLARes), sebuah pesawat kecil yang dilengkapi berbagai instrumen cuaca untuk keperluan pengukuran parameter udara. "Dari sudut saintifik memang sudah standar bahwa suatu badan teknologi modifikasi cuaca memiliki pesawat riset," kata Kepala Pusat Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BPPT, Samsul Bahri di sela Seminar "Peranan TMC dalam Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Energi di Indonesia" di Jakarta, Kamis. Dengan lab udara itu, prediksi cuaca bisa lebih rinci lagi seperti posisi awan, kandungan awan, volume air yang dikandung, jenis, ukuran tetes curah hujan, kecepatan angin, memonitor polusi, hingga mendapatkan profil aerosol atmosfer, ujarnya. Soal anggaran pengadaan pesawat sejenis Cessna berpenumpang enam orang itu, ujarnya, baru akan diajukan ke DPR agar sudah bisa dimasukkan dalam APBN Perubahan 2008. "Jika pesawatnya sudah bisa diperoleh, kami tinggal melanjutkan dengan melengkapinya dengan berbagai instrumen cuaca," katanya. Menurut dia, pesawat tersebut tidak perlu merupakan pesawat baru yang harganya sampai Rp45 miliar, cukup pesawat bekas seharga Rp11 miliar. Selain untuk keperluan riset TMC, pesawat tersebut bisa juga digunakan untuk penyemaian awan bagi keperluan pembuatan hujan buatan, foto udara, evakuasi korban dan juga bisa disewakan untuk penumpang. Sementara itu, Deputi Kepala BPPT bidang Sumber Daya Alam Jana Anggadiredja mengatakan, sebelumnya BPPT sudah memiliki enam pesawat Cassa 212-200 yang dibeli sejak 1994 untuk pengoperasian TMC.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008