Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI Nevi Zuairina menyatakan, posisi wakil menteri sebenarnya diperlukan bagi kementerian yang memiliki banyak beban sehingga diharapkan sinergi antara menteri dan wakil menteri juga dapat meningkatkan kinerja sektor masing-masing.

"Saya kira wakil menteri diperlukan manakala kementerian tersebut sangat banyak beban kerjanya, sehingga tidak ada lagi pos-pos pekerjaan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terbengkalai," kata Nevi Zuairina dalam rilis di Jakarta, Senin.

Politisi PKS itu memaparkan, negara memerlukan orang-orang yang bekerja keras sehingga mampu memacu situasi kondisi yang lebih maju karena pelaku pemerintahannya memiliki visi misi memberi sumbangsih kepada negara.

Baca juga: Pengangkatan 12 wakil menteri tidak langgar undang-undang

Selain itu, ujar dia, semua wakil menteri juga perlu bekerja serius tidak kalah dengan menterinya dengan kerja sesuai porsinya.

Keberadaan (wamen) perlu membawa perbaikan dari waktu sebelumnya sehingga ada perubahan ke arah yang lebih baik membawa institusi kementerian yang berwibawa dan bermartabat," katanya.

Sebagaimana diwartakan, Presiden Joko Widodo meminta dua Wakil Menteri BUMN ikut berperan sentral mendorong BUMN menjadi perusahaan kelas dunia.

Baca juga: Wamen PUPR : Jembatan Holtekam komitmen Presiden Jokowi bangun Papua

"Kita semua ingin sesuai dengan pesan Presiden, aset BUMN merupakan aset produktif, dan bisa menjadi perusahaan kelas global," kata Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (25/10).

Kartiko menyebutkan aset 143 BUMN di Indonesia sangat besar yaitu mencapai hingga Rp8.400 triliun. BUMN itu beragam mulai dari bidang migas, pertambangan, infrastruktur, perbankan hingga pertahanan.

Mengenai pembagian tugas dengan Menteri BUMN Erick Thohir, Tiko mengatakan akan ada pembagian portofolio.

"Kita pasti bagi portofolio karena kita ingin birokrasi di BUMN kita, juga koporatisasinya supaya bener-benar bisa sehat, berkembang menjadi perusahaan global," katanya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019