Beijing (ANTARA News) - Perolehan medali Indonesia pada Olimpiade Beijing dipastikan tidak akan bertambah setelah satu-satunya atlet Indonesia yang masih berlomba, peselancar Oka Sulaksana, gagal memperbaiki peringkat dalam nomor selancar angin RS:X putra, Senin. Dengan demikian Indonesia yang mengirimkan 24 atlet dari tujuh cabang olahraga itu dipastikan hanya akan membawa pulang satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu, meskipun Olimpiade Beijing masih akan berlangsung hingga Minggu (24/8). Satu-satunya medali emas dipersembahkan dari cabang bulutangkis oleh ganda putra nomor satu dunia Markis Kido/Hendra Setiawan, sementara medali perak diraih ganda campuran Nova Widhiyanto/Liliyana Natsir. Medali perunggu diraih pebulutangkis tunggal putri Maria Kristin Yulianti, dan atlet angkat besi Eko Yuli Irawan pada kelas 56kg putra dan Triyatno pada kelas 62kg putra. Peselancar Oka Sulaksana dipastikan gagal memenuhi target menembus sepuluh besar karena sampai Race ke-9 nomor RS:X yang berlangsung di Qingdao, Senin, pria asal Bali itu masih terpuruk di peringkat ke-28 dari total 34 peserta. Meski lomba tersebut akan berlangsung sampai Race ke-11 dan sekaligus penentuan juara, Oka hanya akan bertanding sampai race ke-10, Selasa (19/8) karena Race terakhir hanya diikuti peserta yang berada di peringkat sepuluh besar. Menurut pelatih I Wayan Sujana yang dihubungi dari Beijing, masalah utama yang dihadapi Oka, atlet paling senior yang tampil di pentas Olimpiade untuk keempat kaliya secara beruntun itu adalah kurangnya penguasaan atlet karena tidak bisa fokus pada nomor RS:X dan lebih menguasai nomor mistral yang selama ini menjadi spesialisasinya. "Oka tidak bisa memfokuskan diri di nomor RSX ini karena sebelumnya selalu bertanding di nomor mistral. Ia sebelumnya memang tampil di nomor RSX saat mengikuti kualifikasi Olimpiade di Selandia Baru, tapi pada PON 2008 lalu, kembali bertanding di nomor mistral saat memperkuat Bali," kata Wayan Sujana. Berpindah-pindah nomor karena kepentingan daerah yang dibelanya, mengakibatkan Oka tidak memiliki peralatan yang memadai untuk mempersiapkan diri secara maksimal menghadapi Olimpiade Beijing 2008. Menurut I Wayan, pada Olimpiade Athena 2004, nomor mistral masih dipertandingkan, tapi sejak Olimpiade Beijing 2008 dan nanti pada Olimpiade 2012 di London, hanya nomor RSX yang akan dipertandingkan. "Meski Oka sampai saat ini hanya menempati peringkat 28, saya tidak merasa kecil hati karena Oka yang hanya mempersiapkan diri selama dua minggu, bisa mengungguli mereka yang sudah menggunakan nomor RSX selama empat tahun," kata I Wayan sambil menambahkan bahwa untuk menguasai nomor tersebut, diperlukan waktu tidak kurang dari dua tahun. I Wayan berharap, kalau Pengurus Besar Persatuan Layar Seluruh Indonesia (PB Porlasi) menginginkan agar atlet Indonesia bisa berprestasi lebih baik di nomor RSX, tidak cara lain kecuali memberikan perhatian besar dengan cara menyediakan peralatan yang lebih memadai agar atlet bisa fokus mempersiapkan diri di nomor tersebut. "Selama yang terjadi, atlet selalu berpindah-pindah nomor dari mistral ke RSX dan tergantung pada event yang diikuti. Jelas tidak bisa berprestasi lebih baik bila tidak ada fokus pada nomor tertentu," katanya. Sejak menempati peringkat ke-11 di nomor mistral pada Olimpiade Atlanta 1996, Oka terus memperlihatkan prestasi yang menurun dengan menempati urutan ke-13 di Olimpiade 2000 Sydney dan peringkat 15 di Olimpiade 2004 Athena. Tapi karena Olimpiade 2008 Beijing mempertandingkan nomor RS:X dengan peralatan yang lebih panjang dan lebih berat, prestasi Oka langsung melorot ke peringkat ke-28. Pada Race pertama yang berlangsung 10 Agustus lalu, Oka yang juara berturut-turut di Asian Games 1998 Bangkok dan Asian Games 2002 Busan, menempati peringkat ke-24 dan sempat naik satu tingkat ke urutan ke-23 pada Race kedua. Peringkat terbaiknya adalah ketika menempati peringkat ke-22 pada Race kelima dan kemudian terus melorot ke peringkat ke-28.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008