Beijing, (ANTARA News) - Tampil sebagai pemain non-unggulan dan tanpa target muluk-muluk justru menjadi kekuatan Maria Kristin Yulianti untuk meraih medali perunggu Olimpiade 2008 Beijing, Sabtu. Ia bermain di nomor tunggal putri dan mengalahkan pemain tuan rumah Lu Lan yang diunggulkan di tempat ketiga dengan skor 11-21,21-13,21-15 dalam pertarungan 63 menit di Beijing University of Technology Gymnasium. Maria Kristin yang masuk semifinal pun merupakan sebuah lompatan besar, dengan mudah menyerah dengan skor 11-21 pada set pertama. Tapi pada set kedua, Maria berhasil memberikan perlawanan ketika untuk pertama kali memimpin 6-5 dan memperbesar keunggulan menjadi 15-7. Melalu permainan net dan penempatan bola yang mengecoh, Lu Lan sempat dibuat frustrasi sehingga Maria pun melaju 17-7 dan 20-10. Lu Lan hanya berhasil menambah tiga angka sebelum Maria Kristin menutup set kedua dengan kemenangan 21-13 dan sekaligus memaksa rubber-set . Pada set penentuan, Lu Lan yang didukung penuh sekitar 7000-an penonton yang memadati stadion, mulai tampil lebih percaya diri dan sempat melaju 3-0, tapi Maria Kristin yang tampil tenang, diluar dugaan bangkit dan merebut delapan angka secara beruntun untuk berbalik memimpin 8-3. Lu Lan yang tertinggal lima angka, secara perlahan berhasil memperkecil ketinggalan dengan selisih hanya satu angka saat kedudukan 8-9, tapi Maria Kristin yang tampil konsisten, kembali menekan untuk melaju 18-8. Medali perunggu pun sudah di depan mata ketika skor sudah mencapai 20-15. Smes Lu Lan yang melebar di sisi kiri lapangan lawan, membuat Maria Kristin berhasil memenangi pertandingan dengan skor 21-15, sekaligus mempersembahkan medali perunggu ketiga bagi Indonesia. Maria Kristin tidak hanya sukses melampaui target yang dibebankan kepadanya, tapi juga berhak atas bonus sebesar Rp150 juta bagi peraih perunggu. Sukses Maria yang di semifinal dikepung oleh tiga pemain tuan rumah China, setidaknya menyelamatkan bulutangkis putri Indonesia yang selama ini dianggap sebagai titik lemah karena sulit bangkit di arena internasional setelah era Susi Susanti dan Mia Audina.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008