Jakarta (ANTARA News) - Kabar yang menyeruak dalam dua hari terakhir tentang kemungkinan bakal hengkangnya sosok politisi muda Yuddy Chrisnandi dari Partai Golkar, tak akan berlanjut. Kepastian itu terungkap, usai Yuddy Chrisnandi diundang dan menghadiri Rapat Pleno DPP Partai Golkar yang dipimpin langsung Ketua Umum Partai Golkar, HM Jusuf Kalla, di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Senin malam. Yuddy Chrisnandi sendiri akhirnya mengatakan kepada pers usai rapat itu, dirinya masih dapat melaju di Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 di bawah panji-panji partai berlambang Pohon Beringin itu. Mantan Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) akhir dekade 1990-an itu akan maju dari daerah Pemilihan VIII Jabar, yakni Bandung. Kepada pers, dia menegaskan: "Saya masih jadi caleg dari Jabar Dapil (Daerah Pemilihan) VIII." Jawaban ini sekaligus menepis kabar yang mengatakan, dirinya telah dicoret dari daftar calon anggota legislatif (Caleg) Partai Golkar. Pencoretan dirinya itu, terkait berbagai tindakan serta pernyataannya yang dianggap berseberangan dengan kebijakan Fraksi Partai Golkar (FPG) dalam memperjuangkan kepentingan DPP Partai Golkar. Salah satu yang paling mendapat sorotan, ketika Yuddy Chrisnandi menjadi satu-satunya anggota FPG mendukung hak angket bahan bakar minyak (BBM). Akibat isu dia akan `didepak`, telah memancing sejumlah rekannya berkomentar kritis. Salah satunya rekannya sesama Anggota Komisi I DPR, Jeffrey Massie (Fraksi Partai Damai Sejahtera), yang berpendapat sosok politisi muda dan tangguh seperti Yuddy Chrisnandi akan dengan mudah diterima partai lainnya. "Saya harap Yuddy segera tentukan sikap. Banyak partai besar bisa menerimanya, termasuk PDI Perjuangan," kata Jeffrey Massie yang juga telah berencana cabut dari PDS dan masuk PDI Perjuangan. Sementara Partai Gerindra pun tak mau kalah dengan memberikan sinyal bakal segera menerima Yuddy Chrisnandi jika mau hengkang dari Partai Golkar. Yuddy Chrisnandi sendiri yang oleh Kaukus Parlemen Muda (KPM) didaulat sebagai `Menteri Pertahanan Kabinet Bayangan Indonesia Bersatu` tampaknya masih `tabah` bernaung di bawah Pohon Beringin, kendati angin badai terus menggoncang. Suara Terbanyak Rapat Pleno DPP Partai Golkar yang dipimpin Jusuf Kalla itu sendiri, dihadiri para petinggi partai, termasuk Ketua Dewan Penasihat Surya Paloh, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono, Ketua DPP Partai Golkar Theo L Sambuaga, Wakil Sekjen Rully Chairul Azwar. Selain membahas kriteria penetapan caleg terpilih, rapat itu juga membahas sejumlah masalah, termasuk salah satunya nasib Yuddy Chrisnandi. Khusus tentang penetapan Caleg terpilih, Rapat Pleno DPP Partai Golkar ini memutuskan, menentukan anggota dewan yang terpilih harus dari suara terbanyak, bukan berdasar nomor urut caleg. Yuddy Chrisnandi termasuk di antara kader Partai Golkar yang sangat gembira dengan keputusan ini. Sejumlah petinggi DPP Partai Golkar pun, termasuk Surya Paloh, Theo L Sambuaga dan Rully Chairul Azwar juga menyambut hangat serta positif keputusan Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar malam ini yang akhirnya menyepakati penerapan suara terbanyak dalam penetapan calon legislatif terpilih. Surya Paloh kepada pers menilai, keputusan rapat pleno yang dipimpin langsung Jusuf Kalla ini sangat strategis sifatnya, terutama dalam mengatrol peningkatan perolehan suara partai pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 tersebut. Sementara itu, salah satu Ketua DPP Partai Golkar, Theo Sambuaga berpendapat, penerapan suara terbanyak dalam penetapan calon legislatif (Caleg) terpilih oleh partainya, memberikan dorongan dan motivasi penuh kepada para Caleg untuk merebut simpati rakyat. "Dan itu berarti sekaligus memperkuat roda kerja mesin organisasi," tandasnya. Sedangkan Rully Chairul Azwar mengatakan, keputusan tersebut tercapai setelah melalui perdebatan alot. "Bagi saya, keputusan suara terbanyak lebih adil karena menghargai jerih payah Caleg. Dengan sistem ini, hanya Caleg yang rajin turun ke bawah yang akan terpilih," ujarnya. Dengan keputusan ini, Yuddy Chrisnandi bersama sejumlah politisi yang dinilai kritis dan dianggap punya kans meraup suara publik, tak bisa menyembunyikan rasa sukacitanya. "Ini pertanda bagus. Tetapi saya masih menunggu perkembangan. Sejauh ini menggembirakan," katanya kepada pers. Keputusan rapat pleno itu sendiri dianggap sementara pihak sebagai sebuah kejutan. Karena, Partai Golkar termasuk yang menolak penerapan suara terbanyak ketika berlangsungnya pembahasan Rancangan Undang Undang (RUU) Pemilu yang lalu. Ketika itu, Fraksi Partai Golkar (FPG) `ngotot` menggunakan mekanisme nomor urut, dengan alasan harus memberikan kewenangan kepada partai politik (Parpol) untuk menentukannya. Dengan adanya keputusan ini, membuat sejumlah kader potensial (yang terancam tergusur di nomor buncit), bergairah kembali. Bisa saja ancaman mereka akan hengkang ke Parpol lain jika tidak menggunakan sistem suara terbanyak, tidak lagi berlanjut. Karena itu, Rapat Pleno DPP Partai Golkar dengan hasil seperti itu, dianggap sangat monumental bagi perkembangan partai pemenangan Pemilu 2004 tersebut ke depan. Jusuf Kalla sendiri kemudian resmi mengumumkan hal ihwal soal keputusan rapat pleno itu kepada pers. "Rapat pleno memutuskan penentuan anggota ditentukan oleh perolehan suara terbanyak. Bukan nomor urut, malam ini sudah disepakati," ujarnya. Pilihan itu diambil, lanjutnya, untuk mendekatkan antara pemilih dengan wakil-wakilnya, sehingga tidak ada lagi anggota dewan yang tak dikenal di daerah pemilihannya. "Ini untuk menjaring aspirasi masyarakat. Untuk memilih calonnya yang didukung masyarakat banyak. Supaya hubungan anggota dengan masyarakat kuat," tambahnya. Dengan begitu, menurutnya, bila nomor bawah yang menang atau memperoleh suara terbanyak, Caleg pada nomor atas harus mengundurkan diri untuk memberi kesempatan pada suara terbanyak. "Itu otomatis. Semua calon harus mengikuti aturan partai," jelasnya. Sedangkan mengenai Pergantian Antarwaktu (PAW), juga disebutnya: "Itu teknis saja." Terhadap hal itu, lagi-lagi disambut dengan gembira oleh Yuddy Chrisnandi. Skenario Penyingkiran Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Agung Laksono meluruskan kabar beredar yang menyebutkan pencoretan anggota DPR, Yuddy Chrisnandi dari daftar Caleg Partai Golkar. Agung Laksono dengan tegas membantah keras ada skenario untuk menjatuhkan anggota Komisi I DPR tersebut. "Tidak ada skenario untuk menjatuhkan. Sampai sekarang hal itu belum tuntas (proses penentuan Caleg)," katanya kepada pers, di Gedung DPR, Senayan. Mengenai sikap kritis dan berbagai pernyataan Yuddy Chrisnandi yang dianggap kurang selaras dengan keinginan DPP maupun fraksi, dapat dipahami oleh Agung Laksono. Termasuk sikap kritis yang selalu dilontarkan oleh Yuddy Chrisnandi kepada sesama anggota DPR. Meskipun kemudian Agung Laksono berharap, agar kritik harus tetap memperhatikan aturan. Terkait dengan penurunan nomor urut dalam daftar Caleg yang kemungkinan menimpa Yuddy Chrisnandi, dianggap Agung Laksono sebagai hal wajar. "Geser menggeser itu sudah biasa. Pagi ini peringkat satu, sore sudah berubah," ujarnya. Selain Yuddy Chrisnandi, beberapa nama juga telah sempat terkuak keluar akan dicoret atau digeser nomor urutnya ke bawah, sert masuk dalam skenario penyingkiran. Salah satunya Ferry Mursyidan Baldan yang khabarnya akan dicoret, karena pernah dekat dan menjadi orangnya mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Akbar Tandjung. Begitu pula politisi senior Theo Sambuaga, untuk masalah lainnya. "Tidak benar adanya Akbarian, orang-orangnya Jusuf Kalla atau Surya Paloh," tandas Agung Laksono. Sejauh ini, beberapa nama yang disebut terakhir enggan memberi komentar lebih jauh, karena proses penentuan daftar Caleg Partai Golkar masih terus berlangsung. 980

Copyright © ANTARA 2008