Jakarta (ANTARA News) - Mantan aktivis mahasiswa era 1970-an yang juga Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga, mengaku terkejut atas wafatnya rekan sekaligus seniornya sesama aktivis Malari, Dr Syahrir. Bagi Theo Sambuaga, Dr Sjahrir ini merupakan ekonom pejuang sekaligus politisi pemikir yang konsisten dalam kiprahnya memperjuangkan sistem ekonomi berkeadilan dan demokrasi politik. "Padahal hari Sabtu (27/7) akhir pekan lalu, atau sehari sebelum beliau meninggal, saya masih menjenguknya di Rs `Mount Elizabeth`, Singapura. Saya sangat terkejut dan benar-benar merasa kehilangan seorang sahabat dan pembina yang konsisten dalam perjuangannya," kata Theo Sambuaga kepada ANTARA. Ia mengatakan itu, sehubungan berita duka tentang meninggalnya Dr Sjahrir, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) RI, sekitar pukul 08.50 WIB, hari Minggu (28/7), akibat penyakit kanker paru-paru. Theo Sambuaga lalu menceritakan kisah masa lalunya dengan Dr Sjahrir, Harimen Siregar, Yudilherry, Yusuf Anton Rawis (AR) dan lain-lainnya yang merupakan pentolan-pentolan aksi mahasiswa awal 1974, atau dikenal dengan "Malapetaka 15 Januari" (Malari). Theo Sambuaga, Dr Sjahrir, Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Yusuf AR, Jessy Monintja, Rein Leimena, Yudilherrry, dan lain-lainnya termasuk yang ditangkap oleh penguasa Orde Baru (Orba) waktu itu. "Namun, saya dan beberapa yang lain tidak pernah diadili, hanya ditahan. Hanya tiga rekan kami yang mengikuti proses peradilan, yakni Hariman Siregar (Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia), Dr Sjahrir (mantan Ketua Ikatan Mahasiswa Jakarta) dan satu lagi dari Universitas Gadjah Mada," kata Theo Sambuaga yang ketika itu menjabat Wakil Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia. Dinamika romantika dan dialektika kehidupannya bersama sesama aktivis, terutama dengan Dr Sjahrir, menurut Theo Sambuaga, sangat mendalam merasuk sukmanya. "Dia (Dr Sjahrir) merupakan tokoh pejuang yang layak mendapat banyak penghormatan. Posisi terakhirnya sebagai Wantimpres, membuktikan kapasitas pribadi serta integritas keilmuan serta pengalamannya yang luar biasa," kata Theo Sambuaga tentang almarhum Dr Sjahrir yang selepas masa tahanan dulu, mendapat kesempatan meneruskan program doktornya di `Harvard University`. Theo Sambuaga mengatakan, dirinya sangat salut terhadap suami dari Dr Kartini Syahrir (adik mantan Menteri Perdagangan RI, Luhut Panjaitan) ini, yang konsisten serta konsekuen memperjuangkan berbagai pemikiran dan pergumulannya. "Malah dia dengan berani mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB) yang kini dinakhodai isterinya, ibu Kartini Syahrir, dalam konteks terus dengan konsisten dan konsekuen memperjuangkan berbagai pemikiran dan pergumulannya itu, baik di bidang ekonomi, politik dan seterusnya," kata Theo Sambuaga lagi. (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008