Jakarta (ANTARA News) - Sebuah insiden kecil mewarnai pertunjukan pianis beraliran jazz, David Benoit di Jakarta, Jumat malam. Akibat ulah seorang penonton yang nekat memotret dengan lampu blits di kamera ponselnya, David mengancam tidak mau meneruskan bermain piano. Konser musisi asal Bakersfield, Kalifornia, Amerika Serikat (AS) ini berlangsung di sebuah klub jazz "Moonlight, House of Rythm". Dentingan piano David dimulai pukul 22.00 WIB bersama dua rekan bandnya, Jammie (dram) dan Davis (bas). Sejak awal sebelum duduk di belakang pianonya, David Benoit sudah mengingatkan wartawan untuk tidak menghidupkan lampu blits kamera ketika memotret. ?Saya minta maaf dan mohon kepada Anda semua yang membawa kamera, silahkan Anda memotret tapi jangan menggunakan lampu blitz ke arah saya. It`s oke, sekali lagi, lampur blizt membuat saya tidak bisa berkonsentrasi, terima kasih!? ujarnya seraya tersenyum ramah ke arah beberapa fotografer media massa yang berderet di dekat panggung. Peringatan ini, tentu saja, dipatuhi oleh kalangan jurnalis foto yang sudah terbiasa meliput konser maupun pertunjukan. Peraturan yang melarang mereka menggunakan lampu blits juga tidak dilanggar. Balam balutan kostum setelan jas warna putih, David tersenyum dan menyapa seluruh tamu. Ia kemudian membuka konser dengan komposisi "Beat Street". Suasana santai dan personal melingkupi "Moonlight" malam itu, hal ini karena panggung David sangat dekat dengan penonton. Kepiawaiannya "meladeni" penggemarnya dengan senyum yang ramah dan dialog yang bersahabat membuat penonton benar-benar menikmati penampilan David. Insiden Kecil Usai menuntaskan komposisi perdana, David kembali meraih mikrofon dan berbincang seputar album terbarunya berjudul "Heroes". Album ini berisikan lagu-lagu para musisi dan penyanyi yang legendaris yang disebut David sebagai pahlawan di bidang musik. Di mata David, nama-nama seperti Paul Mc Cartney dan John Lenon dari The Beatles, Jim Morisson dari the Doors, Dave Grusin, Bill Evans, atau John Betis adalah ?pahlawan?. Lagu-lagu yang dibawakan malam itu adalah Mountain Dance, Human Nature, Light My Fire, You Look Good To Me, Linus and Lucy, serta A Twisted Little Etude. ?Malam ini saya akan mengapresiasikan kepahlawanan mereka yang begitu saya kagumi di hadapan Anda,? ujar David. Usai menjelaskan tentang album "Heroes", David mengawali lagu kedua "Mountain Dance". Baru seperempat perjalanan lagu, David tiba-tiba berhenti. "Jangan ada lagi lampu blits, tolonglah," ujarnya sambil berdiri dan kening berkerut. Seketika itu pula senyum David hilang, suasana menjadi tegang, suara musik juga berhenti total. "Oke, tadi saya sudah katakan Anda boleh memotret, tapi tidak memakai lampu. Pak Peter (Peter Basuki dari Buena Production selaku promotor David Benoit), tolong bisakah Anda mengurus hal ini? Baiklah, jika sekali lagi saya melihat lampu, saya akan menyetop show saya malam ini, terima kasih," kata David. Dari arah panggung, David mungkin tak mengetahui bahwa yang mengambil gambarnya menggunakan kamera dan lampu blits adalah penonton, bukan jurnalis foto seperti yang dia kira. Arah lampu blitz datang bukan dari arah wartawan di sisi kanan panggung, melainkan dari arah kanan belakang dan tampak dari kamera ponsel seorang pengunjung. Setelah ancaman David itu, kejadian serupa tidak terulang lagi, karena David sudah kembali duduk di depan piano dan menarikan jemarinya dalam beat-beat bernuansa swing di lagu "Mountain Dance". Kalangan Atas Kemarahan David ini bisa dimaklumi, selain karena dia ingin konsentrasi bermain musik dan memberikan sajian terbaik bagi para penggemar. David menginginkan malam yang eksklusif baginya untuk berdekatan dengan penggemarnya, apalagi mengingat tiket konser ini juga cukup mahal, antara Rp1,8 juta hingga Rp2,5 juta per orang. Angka tersebut belum termasuk makanan dan minuman ringan yang bisa disantap sambil menyimak musik David. Ricky H. Sutjipto, Direktur Marketing Communication & Public Relation Idekami Communication selaku pengonsep pemasaran, promosi, dan publikasi show David Benoit ini mengatakan digelarnya kegiatan ini sengaja untuk membidik segmentasi pasar penikmat musik papan atas. Maka yang muncul kemudian, kesan yang sangat eksklusif. ?Karena segmen itulah yang juga dibidik oleh Moonlight,? ujar Ricky. Selain para tamu pembeli tiket yang terdiri dari penikmat musik jazz dan fans David, tampak hadir pula di tengah para tamu undangan adalah Tantowi Yahya, yang duduk berdampingan dengan tokoh senior pers, Surya Paloh. Musisi jazz ternama Indonesia, Dwiki Dharmawan, pun terlihat hadir meskipun tidak tampak didampingi oleh sang isteri, Ita Purnamasari. ?Sejatinya, pertunjukan ini bukan semata hiburan, melainkan juga untuk memberikan paparan baru tentang cara menikmati musik dengan sangat nyaman di satu tempat yang berkelas untuk hang out,? ujar Ricky. Atas dalih sebagai "tontonan berkelas" pihak penyelenggara sangat selektif memilih media massa yang diperbolehkan meliput pertunjukan David. Rasa kecewa muncul dari sejumlah jurnalis media musik yang sebenarnya ingin meliput, namun tidak diperkenankan. Alasan yang diungkapkan panitia acara karena tidak ingin mengganggu kenikmatan penonton menyaksikan acara. Sementara iming-iming "sesuatu yang berbeda" yang akan dihadirkan David tidak terlihat hingga akhir acara. Kalau pihak panitia mengklaim kedekatan David dengan penonton lewat senyum dan sapa, toh setiap musisi dan penyanyi juga melakukan hal yang sama, baik dalam konser eksklusif, maupun konser untuk umum. (*)

Pewarta: Oleh Desy Saputra
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008