London (ANTARA News) - Harga minyak sedikit mengalami "rally" pada Jumat, setelah tiga hari turun tajam yang menarik pasar turun hingga 15 dolar AS di tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dan pelambatan permintaan, kata para pedagang. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, kembali naik 1,86 dolar AS menjadi 131,15 dolar AS per barrel. Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman September naik 1,23 dolar AS menjadi 132,30 dolar AS per barrel. Setelah pada Selasa, Rabu dan Kamis, minyak mentah New York menyusut 15 dolar AS dan London Brent turun hampir 13 dolar AS. "Harga naik .... yang tampak berbalik menyusul penurunan tajam baru-baru ini," kata analis Michael Davies dari perusahaan broker Sucden di London. "Disana ada beberapa berita `bullish` pada sisi pasokam, dengan pemogokan di Brasil menjadi diperluas berdampak pada seluruh unit produksi dan penyulingan dari perusahaan milik negara Petrobras." Harga minyak telah jatuh sejak mencapai rekor tertinggi di atasd 147 dolar AS per barrel pada pekan lalu. "Apa yang kami lihat adalah sebuah pantulan setelah turun sangat tajam," kata David Moore, seorang analis komoditi di Commonwealth Bank of Australia yang berbasis di Sydney. "Kemunduran kembali harga baru-baru ini dari rekor tertinggi baru di atas 147 dolar AS per barrel terjadi karena kekacauan ekonomi di AS berlanjut yang mengurangi proyeksi permintaan minyak mendatang," tambah Davies. "Pada waktu yang sama berkembang sinyal bahwa penurunan di AS berdamapak pada negara lainnya di dunia, dengan data ekonomi di Eropa, Inggris dan Jepang mencemaskan dan terdapat sinyal pelambatan pertumbuhan di India dan China pendorong utama pertumbuhan permintaan minyak." Harga turun lagi pekan ini setelah secara tak terduga cadangan minyak dan bensi di AS pekan ini naik. Data pemerintah AS menunjukkan cadangan minyaknya naik 3,0 juta barrel pada pekan yang berakhir 11 Juli, meski pasar memperkirakan turun 2,2 juta barrel. Para analis mengatakan kejutan kenaikan cadangan minyak AS mengindikasikan rekor tertinggi harga minyak telah berdampak terhadap permintaan energi di ekonomi AS yang sudah melemah. Perkembangan di Timur Tengah yang kaya minyak terus dipantau dengan cermat, setelah ada perubahan mendadak dalam kebijakan diplomasi AS terhadap Iran. Amerika Serikat mengatakan telah mengirimkan diplomat senior William Burns untuk melakukan pembicaraan pada Sabtu, antara negosiator nuklir Iran, Saeed Jalili, dan ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana. Amerika Serikat dan kekuatan dunia lainnya telah meminta Iran menghentikan pengembangan program nuklirnya yang mereka duga bertujuan untuk membuat senjata. Iran telah berulang kali menolak memenuhi permintaan penghentian pengayaan uranium, menegaskan bahwa aktivitas eksklusif tersebut bertujuan untuk memproduksi energi. Republik Islam Iran adalah produsen minyak mentah terbesar keempat di dunia, dan ketegangan tentang program nuklirnya membantu mendorong harga minyak ke rekor tertinggi baru-baru ini, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008