Jakarta (ANTARA News) - Penjualan kendaraan premium Audi pada semester I 2008 tercatat 65 unit, turun dibanding tahun sebelumnya 67 unit. Penurunan itu terjadi karena keterlambatan masuknya mobil-mobil indent sehingga perlu dilakukan penjadwalan ulang kendaraan yang mayoritas masih completely build up (CBU). CEO PT Garuda Mataram Motor, Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) Audi di Indonesia, Susilo Darmawan, di Jakarta, Jumat, mengatakan, secara umum penjualan kendaraan pada semester pertama mengalami kenaikan, dan seharusnya secara umum penjualan kendaraan premium juga ada kenaikan. Keterlambatan datangnya model-model terbaru dari prinsipal di negara asal juga menjadi penyebab turunnya penjualan di segmen ini. Lamanya pengeluaran kendaraan dari pelabuhan otomotif yang seharusnya dapat dilakukan tiga hari menjadi tujuh hari sedikit banyak juga berdampak pada tingkat penjualan. Fluktuasi mata uang euro yang meningkatkan harga hingga 11 persen, juga menjadi penyebab sulitnya prinsipal mengambil keputusan cepat memasukkan model baru ke tanah air. Namun demikian pihaknya tetap optimistis dapat mencapai target penjualan 150.000 hingga 180.000 unit untuk 2008, katanya. Ia juga mengatakan, kebijakan pemerintah terkait dengan lebih rendahnya bea masuk impor untuk komponen dari Jepang akibat adanya kerjasama bilateral Indonesia-Jepang melalui "Economic Partnership Agreement" (EPA) memang dirasa tidak adil. Namun demikian, produsen kendaraan premium dari negara lain hanya bisa menganggap keberadaan kendaraan premium asal negeri sakura sebagai warna yang meramaikan pasar mobil mewah di tanah air. "Harusnya semua diberikan kebijakan yang sama, sehingga kita bisa melihat mereka bukan sebagai kompetitor langsung tetapi sebagai kompetitor yang memberikan warna saja," katanya. Dalam lima tahun ke depan Audi masih belum dapat memastikan apakah akan memproduksi produk tersebut dalam bentuk Completely Knock Down (CKD) di Indonesia. Pertimbangannya akan sangat bergantung pada pasar di Indonesia, mengingat investasi yang akan disiapkan cukup besar. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008