Paris, (ANTARA News) - Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, mengadakan perundingan tidak langsung melalui pemimpin Turki pada Minggu, kata satu sumber diplomatik Israel. Olmert berunding di Paris dengan perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, yang kemudian melakukan pertemuan dengan Assad, kata sumber itu. "Kami masih melakukan dialog tidak langsung, namun pada tingkat tinggi," katanya. Setelah pembekuan delapan tahun, Suriah dan Israel memulai perundingan-perundingan tidak langsung pada Mei dengan perantaraan Turki. Sesudah bertemu dengan Assad, Erdogan mengatakan, ia memiliki banyak harapan bagi sebuah terobosan ke arah negosiasi langsung mengenai sebuah perjanjian perdamaian antara Suriah dan Israel. "Harapan kami sangat tinggi. Tekad kami kuat dan kami akan tetap demikian," kata Erdogan kepada wartawan. "Ini memerlukan sikap hati-hati." Meski Israel dan Suriah secara resmi masih dalam keadaan perang sejak pembentukan negara Yahudi tersebut pada 1948, mereka telah menandatangani perjanjian-perjanjian gencatan senjata. Sebagai imbalan bagi perdamaian, Suriah menuntut Israel mengembalikan Dataran Tinggi Golan yang secara strategis penting. Jurubicara Olmert Mark Regev memuji peranan Turki sebagai penengah, namun menambahkan, "Kami yakin bahwa jika pembicaraan harus serius, maka pembicaran itu harus dilakukan secara langsung, dalam waktu segera." Presiden Israel Shimon Peres bulan lalu secara terang-terangan juga mendesak Suriah memasuki perundingan langsung, dengan menyebut contoh mantan Presiden Mesir Anwar Sadat yang mencapai sebuah perjanjian perdamaian dengan negara Yahudi tersebut. Namun, Assad mengatakan, pembicaraan langsung mungkin tidak akan terjadi sebelum tahun depan, setelah pemilihan umum presiden Amerika. Israel dan Suriah mengumumkan pada Mei bahwa mereka telah memulai lagi perundingan perdamaian tidak langsung di bawah penengahan Turki setelah pembekuan delapan tahun. Perundingan perdamaian menemui kebuntuan pada 2000 terkait dengan masalah Dataran Tinggi Golan, daerah strategis yang direbut Israel dari Suriah dalam perang Arab-Israel 1967 dan dicaploknya pada 1981 dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional. Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem mengklaim bahwa Damaskus telah memperoleh komitmen dari Israel bagi penarikan penuh dari Golan, namun para pejabat Israel belum memberikan komentar mengenai masalah kontroversial itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008