Jakarta (ANTARA News) - Pengembangan industri otomotif yang menghasilkan kendaraan hemat energi dengan menurunkan bea masuk impor kendaraan hemat energi bukan pilihan, karena tujuan utama adalah memproduksi mobil hemat energi di dalam negeri. "Kita harus lihat dulu masalah memperlunak bea masuk impor mobil ramah lingkungan, kita lihat plus minusnya," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, usai menghadiri pembukaan Indonesia International Motors Show (IIMS) 2008, di Jakarta, Jumat. Dia mengatakan di satu sisi ada keinginan berkembangnya mobil hemat energi, bagaimana instrumen bea masuk dan bagaimana instrumen lain mendorong hal tersebut. Menurut dia, Indonesia menginginkan produksi mobil hemat energi tersebut dilakukan di Indonesia. Dia mengatakan, Indonesia dapat bersaing dengan Thailand. Perusahaan Jepang sudah memilih memproduksi "pick up truck" dan sedan di Thailand sedangkan di Indonesia Jepang memilih memproduksi "multy purpose vehicle" (MPV). Lebih lanjut, dia mengatakan, yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya tarik untuk investasi di sektor otomotif salah satunya dengan menandatangani EPA dengan Jepang. "EPA jelas merupakan keuntungan positif, karena dengan adanya EPA industri otomotif bisa mengimpor besi baja yang `high presition` dengan bea masuk nol," ujar dia. Selain itu, dia mengatakan, "bottle neck" seperti pelabuhan khusus otomotif (auto port) memang sudah penuh mengingat ekspor mobil yang hingga April sudah meningkat 58 persen, padahal target mereka peningkatan 100 persen dari 50.000 menjadi 100.000 unit mobil. Namun demikian, Mari mengatakan, ada rencana ekspansi auto port di Tanjung Priok ke tempat lain, dan saat ini sudah ada lahannya. Dan diharap realisasi dapat dilakukan tahun 2008 ini. Sementara itu, saat ditanya kapan penjualan otomotif dapat menyusul Thailand, Mari mengatakan, tidak dapat diketahui, namun yang jelas jika dilihat angka investasi otomotif dua tahun terakhir tinggi sekali. Dan investasi terbesar dari Jepang. "Menurut saya kita `catching up` dari kapasitas," kata Mari. Lebih lanjut, dia mengatakan, kebijakan jangka menengah untuk industri otomotif memperbaiki prasarananya seperti pelabuhannya maupun transportasi dari pusat industri ke pelabuhan serta listrik. Tetapi jika dilihat rencana pemerintah seharusnya tahun 2009-2010 masalah "bottle neck" ini dapat diatasi. Mari juga mengatakan hal terpenting adalah dalam jangka menengah ini Indonesia sangat prospektif untuk dijadikan "regional production center". "Yang perlu kita kembangkan justru industri pendukungnya yakni komponen. Itu salah satunya yang ingin kita kembangkan dari EPA," ujar dia. Dia mengatakan jika sudah ada investor komponen yang masuk ke Indonesia melalui EPA ini maka tidak menutup kemungkinan investor lain masuk ke Indonesia sehingga Indonesia semakin kuat sebagai pusat manufaktur komponen.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008