Pangkalpinang (ANTARA News) - DPRD Provinsi Bangka Belitung (Babel) menduga, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang terus terjadi di Babel, disebabkan adanya penjualan BBM subsidi ke industri yang dilakukan sejumlah oknum, dan aparat kepolisian diminta mengungkap kasus tersebut. "Kami sudah turun ke lapangan dan juga mendapat laporan ada oknum melakukan penyeludupan BBM subsidi ke industri. Kami minta polisi mengungkap kasus ini," ujar anggota komisi C DPRD Babel, Zulkarnaen Syamsudin di Pangkalpinang, Senin. Ia mengemukakan, salah satu penyebab kelangkaan BBM seperti sering kosongnya persediaan BBM di sejumlah SPBU, diduga akibat praktik penjualan BBM bersubsidi ke pihak industri yang dilakukan sejumlah oknum. "Sehingga tidak heran, baru pukul 11.00 WIB, persediaan BBM di SPBU sudah kosong karena lintasan perdagangan minyak ilegal dari SPBU ke sejumlah oknum untuk kepentingan bisnis sangat marak,"ujarnya. Menurut dia, kondisi tersebut terjadi akibat kurangnya pengawasan dari pihak terkait seperti Pertamina, SPBU dan pihak kepolisian. "Kelangkaan BBM memang tidak hanya terjadi di Babel, tetapi praktis di selurah daerah di Indonesia. Namun tingkat krisis BBM di daerah ini sangat tinggi,akibat `carut-marutnya` pendistribusian dan perdagangan BBM," ujarnya. Untuk mengatasi persoalan tersebut, menurut dia, polisi harus betul-betul serius mengawasi pendistribusian BBM di SPBU dan memberantas upaya-upaya penyelundupan BBM subsidi ke industri yang dilakukan oknum tertentu. "Pihak Pertamina mesti mengupayakan penambahan pasokan BBM dan pihak SPBU harus beroperasi sesuai prosedur, jangan `main` dengan pengerit BBM yang melakukan `aksi borong` minyak untuk dilepas ke industri," ujarnya. Selain itu, kata dia, warga harus bisa berhemat dalam memakai BBM. Sehingga dengan demikian kelangkaan BBM bisa diminimalisir. "Antre dan sering terjadi kekosongan BBM di SPBU karena kebutuhan tidak seimbang dengan pasokan.Jumlah kendaraan semakin hari kian bertambah, semEntara pasokan tidak bertambah bahkan dikurangi. Ditambah lagi maraknya `pengerit` BBM terutama jenis solar," ujarnya. SPBU hanya mendapat pasokan 10 ton per hari,itu pun kata dia, tidak selalu. Bahkan ada yang hanya dipasok 5 ton per hari. "Sedangkan 10 ton saja tidak mencukupi, apalagi 5 ton," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008