Jakarta (ANTARA News) - Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), Al-Muzzammil Yusuf, mengatakan penggunaan Hak Angket DPR soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jika dijalankan dengan baik, bisa membongkar mafia BBM dari hulu ke hilir. "Minimal akan bisa memperbaiki kebijakan energi ke depan, baik yang terkait dengan BBM, gas, panas bumi, batu bara dan lain-lain," katanya di Jakarta, Senin. Hak Angket DPR soal kenaikan harga BBM juga bisa menjadi ukuran penting baik buruknya wajah atau citra DPR saat ini. Menurut dia, jika angket BBM menghasilkan sesuatu yang signifikan seperti sikap DPR yang kritis dan hasilnya konstruktif untuk memperbaiki kebijakan energi nasional, maka akan memperbaiki citra DPR secara umum. Akan tetapi kata, Ketua Departemen Politik dan Pertahanan DPP PKS itu, jika hak angket itu malah dimanfaatkan untuk "bargaining" (posisi tawar-menawar) fraksi-fraksi dengan pemerintah guna kepentingan yang "sempit" kedua belah pihak, maka akan merusak citra DPR secara keseluruhan. "Kita tak berharap hal ini terjadi, karena ini bisa mendorong frustasi nasional, yang bisa menyulut kemarahan publik, sehingga mengancam Pemilu 2009 yang sudah sangat dekat," kata anggota Komisi I DPR itu. Angket DPR soal BBM, lanjut dia, akan signifikan untuk menjadi tolok ukur kredibilitas setiap fraksi, sehingga juga akan menentukan citra partainya di Pemilu 2009. Darurat Energi Sementara itu, secara terpisah, anggota FPKS lainnya, Wahyudin Munawir, mendesak pemerintah agar menyatakan kondisi "darurat energi", mengingat problem kelistrikan yang semakin parah, implikasi kenaikan minyak mentah internasional dan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri yang membuat kehidupan ekonomi bangsa semakin terpuruk. "Sesuai dengan jiwa Negara berdaulat dan pasal 33 UUD 45, maka Pemerintah berhak meninjau kembali seluruh kontrak kerja sama (KKS) migas di Indonesia agar lebih berkeadilan dan memenuhi kesejahteraan rakyat," kata anggota Komisi VII DPR itu. Wahyudin Munawir mengatakan, sampai saat ini penjualan gas dari lapangan Tangguh ke Cina dan GSA-2 (Conoco) ke Malaysia, dengan harga 2,8 dolar AS per MMBTU, jauh di bawah harga keekonomian dunia. "Jelas ini harus dievaluasi dan diperbaiki," tambahnya. Sementara itu, harga minyak dunia mulai melesat menembus batas 140 dolar AS per barrel untuk pertama kalinya pada Kamis (26/6) pekan lalu. Pada Senin (30/6), harga minyak dunia diperdagangkan di atas 141 dolar per barel menyusul rekor baru pada Jumat (27/6) pada 142,99 dolar per barel. Kenaikan harga minyak, yang sudah mencapai dua kali lipat dalam setahun terakhir, telah memicu gelombang protes dari para konsumen dan pekerja di seluruh dunia, dan sangat mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi dunia. (*)

Copyright © ANTARA 2008