Yogyakarta (ANTARA News) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) akan tetap berkantor di Wisma Haji Indonesia, di kawasan Aziziah, Mekkah, karena pemerintah Indonesia memperpanjang kontraknya selama setahun mendatang. Pemilik bangunan masih mengizinkan mengunakan banguan berlantai empat itu, kata Dirjen Ibadah Haji dan Umroh, Slamet Riyanto, di Yogyakarta, Sabtu. Slamet mengatakan itu dalam acara sarasehan wartawan Depag yang berlangsung selama tiga hari. Menurut dia, Wisma Haji Indonesia berada di bibir ring satu Masjidil Haram, yang kini tengah dibenahi oleh pemerintah Arab Saudi. Wisma Haji, katanya, tak terkena proyek perluasan Masjidil Haram. Lokasinya pun strategis. Namun dalam beberapa tahun mendatang kemungkinan Wisma Haji Indonesia harus pindah lantaran pemiliknya akan melakukan perbaikan seiring perkembangan pembangunan di kawasan Mekkah. "Gedung sekitar Wisma Haji sudah lebih baik dan lebih tinggi," kata Slamet. Semula Depag berencana memindahkan Wisma Haji ke kawasan lebih dekat lagi dengan Masjidil Haram. Namun Nota Kesepahaman (MoU) yang sudah ditandatangani dengan seorang pengusaha setempat menghadapi masalah. Persoalannya ada pada pengusaha Arab itu, karena menghadapi persoalan inernal keluarga, kata Slamet tanpa menyebut siapa nama pengusaha yang dimaksud. Dengan begitu, MoU rencana pembangunan pemondokan dan wisma haji untuk dua tiga tahun kedepan bisa saja batal. "Karena MoU itu sendiri juga belum mengikat, katanya. Terkait pembelian rumah di Jeddah dari tangan seorang pengusaha Arab, ia mengatakan, hal itu masih dalam pembahasan dengan pihak Deplu. "Prosedurnya memang demikian, meskipun prosesnya lama. Ya, harus dilalui," ia menjelaskan. Rencananya, rumah dengan luas di atas satu hektar tersebut akan dijadikan kantor pusat pengendalian operasional jemaah haji Indonesia, baik yang berada di Mekkah dan Madinah, katanya. Menyinggung tentang dampak dari perluasan Masjidil Haram, ia mengakui tim perumahan haji Indonesia masih terus berupaya mendapatkan rumah yang layak huni. Memang konsekuensinya makin jauh lantaran budgennya rendah, 2000 rial. Di kawasan ring satu dekat Masjidil Haram kini harga pemondokan sudah mencapai 3500 rial hingga 4000 rial per jemaah. "Kita sudah dapat di ring saru sekitar 17 persen dari total jemaah Indonesia, sesuai kuota," ia mengatakan. Tim perumahan sudah mendapatkan sekitar 45 persen dari total kuota, yang sesuai keputusan sidang Organisasi Konprensi Islam (OKI), yaitu 207 ribu orang, katanya. Menurut dia, tak mustahil jemaah Indonesia akan mendapatkan pemondokan dengan jarak 7 km dari Masjidil Haram. Meski begitu, ia berharap jemaah Indonesia bisa memahami kondisi yang terjadi di Mekkah saat ini. Sebab, negara lain pun, ternyata menghadapi persoalan serupa pasca dibongkarnya sejumlah bangunan di sekitar Masjidil Haram. Pemerintah Arab Saudi melakukan perluasan semata-mata untuk memberi kenyamanan bagi jemaah haji dari berbagai negara di masa datang, demikian Slamet Riyanto.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008