Bogor (ANTARA News) - Evakuasi sebanyak 18 jenazah awak dan penumpang pesawat Cassa N-212 milik TNI-AU yang jatuh di hutan Tegal Lilin di lereng Gunung Salak, Bogor, Jabar, ditunda hingga Minggu (29/6) pagi, karena terhalang kabut tebal. Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau), Marsekal Madya I Gusti Made Oka mengatakan, penundaan evakuasi terpaksa dilakukan karena cuaca buruk dan medannya sangat berat. "Seluruh jenazah sudah berhasil dimasukkan ke dalam kantong mayat dan dievakuasi dari titik jatuh pesawat ke helipad darurat yang dibuat tim evakuasi berjarak sekitar 200 meter. Karena cuaca buruk, helikopter tidak bisa mendarat di helipad darurat tersebut, sehingga terpaksa ditunda sampai Minggu pagi," kata I Gus Made Oka di lokasi helipad darurat cadangan di lereng Gunung Salak, Sabtu sore. Penundaan tersebut diputuskan Oka pada Sabtu sore, setelah mendengar laporan dari tim gabungan evakuasi soal kondisi cuaca dan kondisi medan yang tidak memungkinan. Dikatakannya, dari laporan tim gabungan seluruh jenazah dievakusi dari titik jatuhnya pesawat ke helipad dilakukan dengan cara di bopong oleh petugas yang meluncur di tali dari satu pohon ke pohon lainnya. Karena di titik jatuhnya pesawat medannya sangat curam dan dipenuhi pohon-pohon besar dan berdaun lebat. "Untuk mengevakuasi dari titik jatuhnya pesawat ke lokasi helipad darurat sudah dilakukan dalam dua shorty. Kalau jenazah tersebut dinaikkan lagi dan dibawa melalui jalur darat, hampir tidak mungkin," katanya. Karena itu, kata dia, Minggu (29/6) pagi, pada saat cuaca cerah segera kita arahkan helikopter mendarat di helipad darurat, untuk mengevakuasi jenazah. Karena helipad darurat yang dibuat di dekat lokasi jatuhnya pesawat Cassa tersebut, lokasinya tidak terlalu luas, sehingga hanya helikopter jenis Bolcow (berukuran kecil) yang bisa mendarat. "Rencana yang akan kita lakukkan besok lagi, jenazah di evakuasi dari helipad darurat menggunakan helikopter bolcow ke helipad Rindam Jaya di Desa Gunung Malang, Tenjolaya. Dari Helipad tersebut, di evakuasi ke Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, menggunakan helikopter jenis Super Puma," jelas Oka. Guna mengevakuasi jenazah, TNI AU mengerahkan tiga jelikopter jenis Bolcow dan sebuah helikopter jenis Super Puma. Dikatakannya, helikopter Bolcow hanya bisa mengevakuasi dua sampai tiga jenazah dalam satu kali terbang, sedangka helikopter Super Puma bisa mengevakuasi sampai 10 jenazah. Wakasau juga menegaskan, tim evakuasi gabungan yang berada di titik lokasi jatuhnya pesawat dan di helipad darurat dekat jatuhnya pesawat di lereng Gunung Salak, tetap bertahan di lokasi, agar sudah siap siaga pada Minggu (28/6) pagi. "Kepada tim evakuasi yang harus tetap bertahan di atas gunung, akan didorong logistik," katanya. Salah seorang petugas evakuasi, Praka Solihin mengatakan, dari 18 jenazah korban pesawat Cassa, 10 di antaranya masih utuh, serta delapan lainnya telah terpotong di beberapa bagian tubuhnya. Menurut dia, jenazah yang masih utuh antara lain, Mayor Pnb B Ardijanto (pilot), Letkol Sus Supriyadi (penumpang), dan Mayor Sus Susika (penumpang). Sedangkan penumpang yang terpotong bagian tubuhnya, kata dia, dikenali melalui pakaiannya yang masih tersisa. Tim evakuasi juga mengenali korban dari plat nama yang terpasang di dada atau identitas di dalam dompet.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008