Kendari (ANTARA) - Satwa liar burung Maleo (Macrocephalo maleo) di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Buton Utara, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) terancam punah karena perburuan liar. Selain perburuan liar, juga satwa burung Maleo terancam karena lokasi bertelur dijadikan lahan pertanian dan pengawasan yang tidak maksimal, kata Kepala Kantor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sultra, Fred Kurung di Kendari, Senin. Perburuan manusia meningkat karena bukan lagi menggunakan jerat kaki tetapi menggunakan senjata burung sehingga sulit burung Maleo menyelematkan diri. "Kalau jerat kaki biasanya hanya dipasang di lokasi tempat bertelurnya burung Maleo. Burung Maleo masih bisa menghindarinya tetapi sekarang pelaku sudah menggunakan senjata burung," kata Fred. Pengawasan dari instansi terkait, yakni KSDA dan Dinas Kehutanan, menurut dia, sulit dimaksimalkan karena keterbatasan sarana dan personil. KSDA menempatkan personil di Desa Maligano, Bonegunu dan Labuan Tobelo, katanya. Selain burung Maleo, juga satwa liar yang berhabitat di SM Buton Utara, rusa (Cervus timorensis), monyet Buton (Macaca brunnences) dan kus-kus (Phalanger sp). Ketua Yayasan Hijau Indonesia, Sahlan mengatakan, keanekaragaman satwa di wilayah Sultra dapat menjadi obyek wisata andalan. "Bukan hanya panorama alam pantai dan air terjun yang dapat menjadi obyek wisata tetapi juga burung menarik dinikmati," katanya. Oleh karena itu, diharapkan semua pihak peduli dengan habitat burung Maleo yang populasinya makin sedikit. SM Buton Utara yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 782/Kpts-II/Um/12/1979 tertanggal 17 Desember 1979 memiliki luas 82.000 hektare. SM Buton Utara terletak pada ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar, landai bergelombang hingga berbukit-bukit.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008