Jakarta (ANTARA News) - Kemacetan parah di Kota Jakarta, apalagi pada jam-jam sibuk, merupakan pemandangan yang tidak asing lagi dan cukup mengesalkan warga ibukota. Namun, bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kemacetan lalu lintas itu memiliki makna ganda. Saat berpidato membuka Musyawarah Nasional (Munas) kelima Himpunan Kawasan Industri (HKI) di Istana Negara, Jakarta, Kamis, Presiden mengatakan kemacetan lalu lintas itu adalah nikmat membawa sengsara. "Inilah yang saya sebut nikmat membawa sengsara. Daya beli masyarakat untuk motor dan mobil naik, sehingga luar biasa pertumbuhan kendaraannya di banding perluasan badan jalan," tuturnya. Presiden mengaku senang rakyatnya mampu membeli kendaraan bermotor dengan daya beli yang terus naik meski pada akhirnya pertambahan jumlah kendaraan itu menghasilkan kemacetan. Namun, ia juga mendapatkan keluhan melalui pesan singkat 9949 bahwa kemacetan di Jakarta telah menyebabkan ekonomi berbiaya tinggi. "Tentu, masalah ini harus kita carikan solusi jangka menengah dan jangka panjangnya," ujarnya. Tentu, warga Jakarta akan menunggu realisasi janji Presiden, agar berkendara hanya terasa nikmat tanpa sengsara. Karena, tidak seperti Presiden, masyarakat biasa tidak bisa menikmati berkendara di jalanan kosong yang telah "dibersihkan" terlebih dahulu dengan iring-iringan kawalan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008