Jakarta (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia saat ini cenderung meningkat dan mendorong berbagai negara menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi itu mendorong semakin banyak masyarakat yang meninggalkan kendaraan boros bahan bakar dan menggantinya dengan yang hemat BBM. Mobil murah dan hemat BBM diperkirakan akan menjadi tren selera pasar pada tahun-tahun mendatang, terutama di negara-negara berkembang yang daya belinya masih rendah. Mobil murah dengan mengusung mesin dibawah 1.000cc yang kini tengah menjadi pembicaraan adalah Nano yang diproduksi perusahaan otomotif India, Tata Motors. Tata Nano mengusung mesin 623cc dengan kapasitas BBM sebanyak 30 liter dan kapasitas penumpang sebanyak empat orang. Harga mobil tersebut diperkirakan sekitar satu laks rupee atau berkisar 2.000 dolar AS per unit. Selain Nano, India juga memiliki mobil kecil, namun tidak semurah Nano, yaitu Maruti yang diproduksi Maruti Suzuki India Ltd. Wabah mobil kecil dan murah itu kini juga melanda sebagian besar masyarakat dunia, terutama di negara berkembang. Di Indonesia, produsen otomotif Jepang yaitu Daihatsu telah memasarkan mobil kecil yang harganya masih jauh di atas Nano, yaitu Daihatsu Ceria pada awal tahun 2000-an. Kini dengan harga BBM yang semakin tinggi, permintaan mobil kecil dan murah diperkirakan akan semakin meningkat. Tak heran, dengan tren yang demikian, produsen mobil Jepang yang kini menjadi pemain nomor satu di industri otomotif dunia dengan produksi mobil mencapai 8,53 juta unit pada 2007 juga berencana membuat mobil murah atau " low cost car" (LCC). Senior Managing Director Toyota Motors Corporation (TMC) Dato Akira Okabe ketika ditemui dalam rangkaian kegiatan "Toyota Environtment Forum" di Nagoya, Jepang, akhir pekan lalu mengatakan permintaan masyarakat dunia terhadap mobil dengan biaya rendah (LCC) akan meningkat. Ia membenarkan TMC akan masuk ke segmen tersebut dan kini para insinyur TMC tengah mempersiapkan konsep mobil yang akan diproduksi TMC di salah satu basis produksi yang dimilikinya di dunia. Pada 2007 TMC memiliki 53 basis produksi di 27 negara. "Betul, Toyota akan masuk ke segmen LCC yaitu mobil kecil dengan konsumsi bahan bakar yang rendah," ujarnya di sela-sela menerima tujuh wartawan Indonesia dan enam wartawan dari India di hotel mewah yang berseberangan dengan kantor pusat TMC. Di Atas Nano Lebih jauh Okabe mengatakan TMC akan membuat LCC jauh di atas spesifikasi Tata Nano. Ia mengatakan TMC akan memproduksi LCC dengan tetap memasukkan standar keamanan, emisi gas buang yang rendah, serta hemat bahan bakar. "Nano merupakan mobil termurah saat ini. Harganya sekitar 3.000 dolar AS per unit. Harga (mobil murah) Toyota di atas itu," ujarnya. Namun Okabe, tidak bersedia menjelaskan secara rinci spesifikasi mobil yang akan dibuat Toyota tersebut. Ia hanya mengatakan sama dengan Nano, LCC yang akan dikembangkan TMC berkapasitas empat orang. Ia juga menegaskan TMC tidak mungkin membuat mobil murah seperti Tata yang diduga menekan fitur keamanan dan emisi gas buang, sehingga harganya murah. TMC, kata dia, akan membuat mobil dengan standar keamanan yang tetap tinggi serta harus ramah lingkungan. Standar ramah lingkungan dengan emisi gas buang karbondioksida (CO2) yang rendah merupakan prasyarat yang dikedepankan TMC, karena produsen mobil tersebut tengah merealisasikan visi harmoni dengan lingkungan untuk menjaga kesinambungan produksi. Dengan berpegang dengan standar keamanan dan lingkungan yang sangat kuat, diperkirakan harga LCC yang akan dikembangkan TMC berada di atas 4.000 dolar AS per unit. Namun tampaknya, TMC tidak khawatir dengan persaingan yang bakal ketat dari kendaraan sejenis oleh produsen otomotif lainnya di segmen tersebut. Dengan nama besar Toyota, Okabe optimis mobil murah yang akan dikembangkan TMC tersebut mampu mendapat tempat di kantong konsumen mobil, terutama di negara berkembang. Nano yang menjadi acuan pengembangan mobil murah diperkirakan akan dipasarkan perdana di India pada Agustus atau Oktober tahun 2008. Sedangkan Toyota kemungkinan besar akan mulai memproduksi mobil tersebut paling cepat tahun depan. Nano, diyakini Chairman Tata Group Ratan Tata, bakal mampu merangsek pasar mobil di India. Dengan panjang 3,1 meter, dengan lebar 1,5 meter, dan tinggi 1,6 meter, Nano dinilai telah memenuhi selera konsumen mobil di India. "Tidak ada keraguan, terlalu dini untuk berkomentar mengenai standar keselamatan dan lingkungan. Mobil tersebut (Nano) akan dibuat sesuai dengan reputasi Tata sebagai penyedia kendaraan bergerak yang aman dan efisien untuk keluarga kelas menengah India," katanya. Peluang Indonesia Sambil menyiapkan konsep LCC yang akan dikembangkan, TMC kini juga tengah mencari lokasi produksi yang tepat untuk menjadi basis produksi LCC-nya di dunia. Untuk mencari basis produksi yang tepat, sejumlah negara telah dijajaki, termasuk Indonesia. Keseriusan TMC menjajaki Indonesia dibuktikan dengan kunjungan singkat Presdir TMC Katsuaki Watanabe menemui Wapres M Jusuf Kalla secara informal pada Pebruari 2008 lalu. TMC nampaknya melihat Indonesia sebagai basis produksi yang potensial, karena memiliki basis potensi pasar LCC yang besar. Presdir PT Toyota Astra Motor (TAM) yang merupakan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Toyota di Indonesia, Johnny Darmawan mengatakan pasar sepeda motor di dalam negeri yang mencapai sekitar lima juta unit per tahun merupakan basis pasar LCC yang besar. "Dengan jumlah permintaan sepeda motor yang besar dan jumlah penduduk yang banyak, Indonesia sangat berpotensi bagi pengembangan LCC tersebut," ujar Johnny. Namun, setelah empat bulan berlalu, "lampu hijau" dari TMC mengenai akan dijadikannya Indonesia sebagai basis produksi belum terlihat. Bahkan Senior Managing Director TMC Dato Akira Okabe yang ditemui akhir pekan lalu mengisyaratkan hal yang berbeda. "Tidak harus (pengembangan LCC) di Indonesia, Vietnam juga potensial," ujarnya heran mengetahui ANTARA begitu antusias menanyakan tentang rencana pengembangan LCC di tengah TMC serius mempromosikan peningkatan kualitas mobil hibrid dan pengembangan pabrik ramah lingkungan. Okabe secara tegas mengatakan negara yang menjadi basis produksi LCC harus juga memiliki volume pasar yang besar. Ia justru melihat China dan India sebagai basis produksi LCC yang kuat. Sedangkan Indonesia atau Vietnam kemungkinan menjadi basis LCC untuk pasar ASEAN. Namun, sejauh ini, kata dia, pihaknya belum memutuskan negara atau di daerah mana LCC tersebut akan dikembangkan. Ia hanya mensyaratkan adanya pasar yang sangat besar untuk memproduksi mobil tersebut, karena untuk mencapai skala ekonomis, mobil murah harus memiliki basis volume pasar dan produksi yang besar. Direktur Pemasaran TAM Joko Trisanyoto pemerintah serius ingin menjadi basis produksi mobil murah, maka pemerintah harus memfasilitasi dengan kebijakan yang mendorong tumbuhnya pasar mobil murah di Indonesia. "Sekarang tinggal terserah maunya pemerintah apa. Kebijakan pemerintah harus jelas untuk mendapatkan peluang tersebut," ujar Joko yang menemani wartawan Indonesia pada Forum Lingkungan yang dilaksanakan TMC di Tokyo. Tidak hanya kebijakan yang mendukung, sarana dan prasarana infrastruktur di Indonesia juga harus dibenahi, mengingat produksi LCC tidak hanya untuk pasar domestik, tapi juga ekspor. Kesiapan sarana jalan dan pelabuhan khusus mobil sangat penting untuk menunjang perjuangan Indonesia meraih peluang menjadi basis produksi mobil murah tersebut. Dari sisi potensi pasar, Indonesia nampaknya jauh lebih unggul dari Vietnam yang juga tengah dilirik TMC. Namun dengan skema Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA), bisa saja TMC memilih Vietnam dan memasukkan LCC yang diproduksinya di negara tersebut ke Indonesia yang merupakan pasar terbesar, karena tidak ada lagi hambatan tarif intra ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia harus lebih berjuang keras mempercantik diri agar "pangeran" dari Negeri Sakura tidak meminang putri cantik bernama Vietnam untuk melahirkan LCC. ****2*** (*)

Oleh Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008