Jakarta (ANTARA News) - Politisi Partai Golkar, Syamsul Bachri, meminta Munarman yang sedang dicari polisi terkait insiden Monas tanggal 1 Juni 2008 untuk menyerahkan diri kepada aparat keamanan dan bersifat kesatria menghadapi tuntutan hukum. "Buktikanlah bahwa apa yang dituduhkan kepadanya adalah tidak benar," tegas Sekretaris Fraksi Partai Golkar (FPG) di DPR ini kepada ANTARA News di Jakarta, Sabtu, terkait "hilangnya jejak" Munarman pasca penggeledahan Markas Front Pembela Islam (FPI) dan penahanan Ketua Umum FPI, Habib Rizieq. Munarman selaku Panglima Komando Laskar Islam "menghilang" dan kini terus diburu di berbagai tempat oleh pihak Kepolisian RI (Polri) karena diduga terkait aksi anarkis aktivis FPI atas Aliansi Kebangsaan untuk Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) saat merayakan Hari Lahir Pancasila (1/6) di Lapangan Monas. "Saya dan kawan-kawan berpendapat, bahwa sebaiknya Munarman menyerahkan diri kepada aparat terkait dengan statusnya itu," kata Syamsul Bachri. Sekretaris Umum DPP Ormas Kosgoro 1957 (salah satu organisasi pendiri Partai Golkar) ini menambahkan, mestinya Munarman bersifat kestaria menghadapi tuntutan hukum. "Sebagai salah satu tokoh berlatar belakang pembela dan penegak hukum dan HAM (mantan Direktur LBH Jakarta), ia harus berani bertanggung jawab dan membuktikan bahwa apa yang dituduhkan kepadanya adalah tidak benar," tegasnya lagi. Ia mengatakan, bagaimanapun tegaknya hukum dalam alam demokrasi yang beradab dan anti anarkis serta menghargai kemajemukan sebagaimana landasan ideologi Pancasila harus terus diperjuangkan. "Dan karena itu , orang-orang seperi Munarman harus ikut bertanggung jawab dan berani jujur bertindak ksatria di muka hukum, Kan menjadi orang yang dikejar-kejar itu sungguh tidak enak dan menyiksa diri," kata Syamsul Bachri.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008