Pontianak (ANTARA News) - Universitas Tanjungpura Pontianak akan meneliti kandungan mercury yang kemungkinan mencemari lingkungan di Kabupaten Sanggau dan Sintang, Kalimantan Barat, karena di dua daerah itu banyak penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang memanfaatkan mercury sebagai pengikat logam mulia itu. "Kita akan berangkat pertengahan bulan Juni ini, bersama dua orang dokter umum, ahli kimia, dan Biologi semuanya dari Untan Pontianak," kata Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Tanjungpura, DR Thamrin Usman DEA, di Pontianak, Rabu. Ia menjelaskan, penelitian mereka tidak hanya untuk mengetahui seberapa besar kandungan mercury telah mencemari air Sungai Kapuas dan anak-anak sungai yang mengalir ke sungai tersebut, tetapi akan meneliti seberapa besar efek dari kandungan zat kimia tersebut terhadap manusia sekitar. "Kita sudah dapatkan informasi, ada salah seorang gadis yang sakit tangan hingga tidak bisa digerakkan lagi akibat dari zat mercury. Tetapi banyak orang beranggapan penyakit tersebut akibat santet, karena gadis tersebut cantik," ujarnya. Thamrin menjelaskan, senyawa methyl mercury mempunyai efek samping seandainya masuk ke dalam tubuh manusia, di antaranya mengakibatkan gangguan sistem saraf, seperti penglihatan mulai kabur, daya ingat menurun, tremor, sebal-sebal, persendian sakit. Sementara menurut jenisnya, untuk laki-laki pada umumnya tidak dapat membedakan mana vertical dan horizontal. Senyawa methyl mercury, juga mengakibatkan cacat pada janin kalau masuk ke dalam tubuh perempuan. "Kalau bisa, hindari sejauh mungkin yang namanya senyawa methyl mercury," ujar Thamrin. Sebelumnya, hasil penelitian salah seorang mahasiswa MIPA Universitas Tanjungpura, Jurusan Kimia, April, Mei, dan Juni 2006 lalu, menemukan kandungan senyawa methyl mercury yang terdapat di beberapa titik Sungai Kuala Mandor, Kabupaten Landak, melebihi ambang batas maksimal satu PPm (part per milion) atau yang mencapai 1,07 ppm hingga 1,39 ppm (parts per million), katanya. Ia mengatakan, Sungai Kuala Mandor juga bermuara ke Sungai Kapuas yang selama ini sebagai air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pontianak. Penelitian tersebut menunjukkan hasil semakin dekat dengan PETI kandungan methyl mercury-nya semakin tinggi, sementara eks PETI kandungan methyl mercury-nya hanya 3 ppb (parts per billion). Ia memperkirakan senyawa methyl mercury sudah mencemari air Sungai Kapuas yang selama ini dijadikan air baku PDAM Kota Pontianak, tetapi tidak perlu khawatir, karena PDAM Kota Pontianak sudah menerapkan sistem penyaringan-penyaringan alami. (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008