Brasilia, (ANTARA News) - Menteri lingkungan hidup Brazil, yang disebut sebagai pejuang gerakan lingkungan di kawasan Amazon, meletakkan jabatan Selasa, setelah mengalami kekalahan dalam perjuangan melindungi hutan tadah hujan di Amazon. Pengunduran diri Marina Silva tampaknya akan menguatkan pendapat bahwa Presiden Luiz Inacio Lula da Silva lebih mendahulukan pertumbuhan ekonomi ketimbang melakukan pelestarian lingkungan di Brazil, demikian diwartakan Reuters. Kejadian itu juga dapat dikatakan sebagai kemunduran bagi ambisi Brazil untuk memiliki suara mayoritas dalam perdebatan lingkungan hidup global. "Pengunduran dirinya adalah bencana bagi pemerintah Lula. Seandainya pemerintah memiliki kredibilitas global dalam masalah lingkungan hidup, itu terjadi karena menteri Marina," kata Jose Maria Cardoso da Silva, Wakil Presiden kelompok lingkungan hidup Conservation International bagi Amerika Selatan. "Ia berusaha memperlihatkan bahwa lingkungan hidup adalah bagian dari persamaan pembangunan ... tapi sayangnya orang tak mau mempelajarinya," katanya. Namun pemimpin petani menyambut baik pengunduran diri mantan aktivis tersebut. "Saya berharap menteri mendatang tidak seradikal Marina. Ia adalah penghalang bagi perkembangan ekonomi di Brazil," kata Rui Prado, pemimpin federasi petani Mato Grosso, negara bagian pertanian besar. Marina Silva telah gagal menentang berbagai proyek prasarana di wilayah hutan tropis, termasuk dua bendungan hidroelektrik dan satu jalan yang akan menghubungan sabuk penghasil padi-padian di bagian barat dengan sungai Amazon. Pemerintah sayap-kiri Lula tak memberi alasan bagi pengunduran diri Marina tapi segera mengangkat Carlos Minc, sekretaris lingkungan hidup pemerintah negara bagian Rio de Janeiro dan pendiri Partai Hijau di Brazil, untuk menggantikannya. Marina, yang bersuara lembut, telah menderita sakit selama bertahun-tahun dan mengalami keracunan logam. Pengrusakan Amazon Tuntutan global yang meningkat bagi komoditas Brazil seperti kedelai telah membantu mempercepat pengrusakan hutan tropis terbesar di dunia, dan Marina menyalahkan peternak lembu serta petani yang telah makin jauh memasuki hutan itu dalam upaya memperoleh lahan. Lula secara terbuka mengecam Marina dan mengangkat Roberto Mangabeira Unger, Menteri Urusan Strategis, untuk mengawasi penerapan kertas putih pemerintah mengenai Amazon. Saat pemaparan usul pekan lalu, pembantu Marina dan Lula tampak bentrok dan secara terbuka saling-tuduh bahwa masing-masing pihak tak mampu. Marina juga kehilangan keuntungan besar bisnis ketika pemerintah mensahkan padi yang direkayasa secara genetika dan pembangunan instalasi listrik tenaga nuklir ketiga. Marcelo Furtado, Direktur Kampanye bagi Greenpeace Brazil, mengatakan pengunduran diri tersebut adalah "bencana" dan menyalahkan kebijakan pemerintah mengenai Amazon sebagai penyebabnya, tekanan untuk mengendurkan peraturan mengenai lingkungan hidup bagi pabrik dan penunjukan Unger. "Meskipun Lula telah mensahkan pembicaraan mengenai lingkungan hidup, prakteknya adalah pembangunan walau apapun resikonya," kata Furtado. Hutan Amazon mencakup separuh dari wilayah Brazil dan menyimpan sumber air tawar kelima di dunia, dan 15 persen dari seluruh spesies flora dan fauna di Bumi. Namun pembalakan liar dan kegiatan pertambangan marak serta penebangan yang diperkenankan, dan hutan seluas negara AS telah gundul dalam beberapa tahun belakangan ini. Antara Agustus dan Desember 2007, hutan seluas 7.000 kilometer persegi ditebangi --sama dengan dua-pertiga dari seluruh kegiatan 12 bulan sebelumnya. Marina adalah seorang tokoh yang dikagumi di kalangan masyarakat lingkungan hidup global dan seringkali mengenakan pakaian bernuansa etnik. Marina, yang lahir dari keluarga sederhana di negara bagian Acre, Amazon, bekerja sebagai penyadar karet dan pembantu sebelum memperoleh gelar akademis. Ia bekerjasama secara erat dengan pegiat kenamaan Chico Mendes untuk mendukung masyarakat lokal menghadapi petani besar dan pembalak hingga Mendes dibunuh oleh pemilik peternakan besar pada 1988. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008