Jakarta (ANTARA News) - Mobil Fin Komodo buatan Cimahi, Jawa Barat, tampil di booth Indonesia International Motor Show (IIMS) Kemayoran Jakarta Pusat.

Kendaraan keperluan offroad itu dibuat oleh Ir. H. Ibnu Susilo, industrialis Indonesia yang berpengalaman di industri pesawat Airbus 380 maupun A400M versi militer.

Siaran pers penyelenggara IIMS menyebutkan kendaraan produksi PT Fin Komodo Teknologi tersebut menarik perhatian pengunjung yang awalnya mengira Fin Komodo adalah mobil modifikasi atau semacam boogie car.

Mereka kaget dan bangga ada perusahaan Indonesia yang bisa memproduksi mobil seperti Komodo.

“Prospeknya sangat bagus, banyak calon pembeli yang akan lakukan test drive seusai pameran ini. Terutama mereka yang bergerak di bidang perkebunan dan industri," kata Ibnu, alumnus ITS mesin angkatan 1980.

Perjalanannya membuat Komodo seperti saat ini terbilang berliku-liku, apalagi background-nya adalah industri pesawat terbang. Ia bekerja di bidang desain pesawat di IPTN Bandung dan kemudian dilanjutkan ke pabrikan Airbus.

“Saya meriset proyek ini usai di Airbus pada 2005. Setahun kemudian bikin  desain, selanjutnya keluar prototype sampai empat generasi. Generasi 2011 yang menjadi inti produk seperti sekarang ini," tambahnya.

Fin Komodo tampil dengan dua versi, standar dan medivac yang dimodifikasi untuk mobil evakuasi di arena offroad yang lengkap dengan fasilitas medis. Keduanya hanya mengandalkan 250cc dan menyemburkan tenaga hanya 14 HP pada RPM 750. Sistem penggeraknya 2 roda belakang dengan sprocket.

“Rangka mobil ini mengadopsi rangka pesawat ringan, jadi sangat ringan sehingga tak butuhkan power yang besar. Itu juga yang bikin konsumsi bahan bakar sangat hemat, 1:20. Pakai premium, tapi bisa juga Pertamax,” tambahnya.

Menggunakan transmisi otomatis, Fin Komodo juga terlihat stabil di jalanan yang ‘amburadul’ dan tetap membuat pengemudi dan penumpangnya nyaman tanpa terbanting-banting di kursinya.

Hal itu berkat penggunaan suspensi depan dan belakang model fully independent double wishbone dengan per keong.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015