Jakarta (ANTARA News) - Balap mobil slalom atau berkendara melintasi track dengan rintangan 180 derajat, 360 derajat, putaran angka delapan, dan sudut sempit ternyata bukanlah sekadar adu cepat.

Pebalap tim Evalube Garage 57, Lilik Syn, mengatakan lomba slalom mengawinkan teknik mengemudi, insting, dan kecerdasan dalam membaca lintasan balap.

"Slalom bukan sekadar adu cepat, tapi balap yang menggunakan otak untuk menghafal track, reflek tubuh ketika di arena balap, mental, dan konsentrasi karena sirkuitnya sempit," kata Lilik Syn di BSD City, Tangerang, Sabtu.

Keyakinan Lilik bahwa balap slalom memberikan tantangan berbeda membuat pria asal Solo itu pindah dari drag race (balap jarak dekat) ke balap slalom pada 2014.

"Pertama masuk balap slalom ada rasa grogi, tapi setelah itu justru merasa tertantang. Alasannya karena porsi teknik pada balap slalom mencapai 75 persen sementara kecepatan hanya 25 persen," kata Lilik yang juga Ketua Forum Otomotif Solo Raya itu.

Pada seri pertama Kejurnas Indonesia Night City Slalom 2015 di Lampung, Tim Evalube Garage 57 yang dipimpin Lilik berhasil menembus peringkat satu kelas B dengan kendaraan Toyota DX dengan catatan waktu satu menit 18,148 detik.

Keberhasilan di seri pertama ini membuat Lilik yakin timnya akan kembali naik podium di seri kedua yang digelar di BSD City, Tangerang.

"Target kami awalnya mengantongi penghargaan lima besar, namun dengan keberhasilan di seri pertama kami optimis menjadi juara," tutup Lilik.
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015