Frankfurt (ANTARA News) - Pengembangan software atau perangkat lunak pada kendaraan menjadi hal penting, berkaca dari industri penerbangan yang sudah 40 tahun mengembangkan pesawat yang dijalankan komputer.

Reuters menulis, hingga kini pesawat tempur Lockheed Martin F-35 Joint Strike masih punya glitches pada perangkat lunaknya meski mereka mempekerjakan 500 insinyur komputer.

F-35 memiliki antara lima juta dan 10 juta baris code perangkat lunak, sedangkan mobil modern perlu 100 juta baris.

"Mobil perlu lebih banyak perangkat lunak dibandingkan pesawat. Lingkungan di udara lebih mudah, tidak ada halangan dan yang mengemudikan adalah pilot profesional. Di darat, keadaannya lebih kompleks," kata Eric Feron, profesor bidang rekayasa kedirgantaraan di Georgia Tech.

Dia mengemukakan, industri otomotif menghadapi tantangan besar dalam hal verifikasi perangkat lunak kendaraan yang bisa mengemudi sendiri.

Sementara itu, ketatnya peraturan di Jerman, membuat merek-merek otomotif asal negara itu khawatir akan tertinggal oleh Amerika Serikat dalam mengembangkan kendaraan yang bisa mengemudi sendiri.

"Kami saat ini sedang menguji coba fasilitas riset kami, sebagian di AS. Masalahnya, uji coba ini hanya bisa di jalanan AS atau bolehkah juga di Jerman?," kata Volkswagen Chief Executive Martin Winterkorn kepada Reuters.

Mercedes-Benz, BMW, dan Audi juga punya purwa rupa mobil yang bisa mengemudi sendiri di Jerman, namun ketatnya peraturan uji coba di jalanan umum Jerman menjadi masalah.

Orang di dalam kendaraan, misalnya, dilarang peraturan untuk teralihkan perhatiannya saat uji coba kendaraan yang bisa mengemudi sendiri di jalanan umum. Mengurus email di kendaraan yang bergerak, contohnya, adalah terlarang di Jerman.

"Berapa lama pengemudi bisa kembali mengambil alih kendali setelah mengurus emailnya, lima detik atau 20 detik?, ini contoh masalah yang belum diselesaikan," kata juru bicara Daimler, Katharina Becker.

Mercedes-Benz berambisi kendaraan mereka dengan yang memiliki banyak kemampuan mandiri bisa dipasarkan tahun 2020.

Perusahaan itu pada September 2014 mendapat izin dari pemerintah California, AS, untuk uji coba kendaraan yang bisa mengemudi sendiri di jalanan umum.

Mercedes-Benz pada Agustus 2013, menyaingi usaha Google dalam membuat mobil yang bisa mengemudi sendiri, dengan membuat S-class otomatis yang bisa mengemudi sendiri sejauh 103 km tanpa berhenti, dari Mannheim ke Pforzheim.

Kemajuan di bidang teknologi untuk kendaraan yang dapat mengemudi sendiri ternyata tidak seiring dengan timbulnya pertanyaan etik untuk hal tersebut.

Misalnya, jika ada kendaraan kecil yang ingin mendahului truk, tapi di arah berlawanan ada kendaraan lain mendekat. Si mobil otomatis dihadapkan pada keadaan mendadak yang tidak bisa dihindari, menabrak truk atau menabrak mobil lainnya.

"Secara teknologi, kita dapat membuat kendaraan yang sepenuhnya dapat mengemudikan diri sendiri, tapi kerangka etiknya tidak ada," kata Winterkorn.
Pewarta: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015