Jakarta (ANTARA News) - Toyota untuk pertama kalinya memproduksi secara massal sedan Mirai yang menggunakan hidrogen sebagai bahan penggerak atau yang disebut fuel cell vehicle (FCV).

Mirai mulai Desember 2014 dipasarkan di Jepang. Langkah Toyota mengembangkan kendaraan ramah lingkungan dengan FVC juga dilakukan Honda dan Hyundai, namun merek lain lebih memilih untuk mengembangkan kendaraan tenaga listrik, misalnya Nissan Leaf, Chevrolet Volt, serta BMW lewat i3 dan i5.

Deputy Chief Engineer Toyota Motor Corporation Yoshikazu Tanaka mengemukakan alasan Toyota mengembangkan FCV adalah "hHidrogen akan jadi sumber energi utama pada masa depan."

Yoshikazu Tanaka mengemukakan hal tersebut kepada sejumlah wartawan Asia yang diundang ke Tokyo baru-baru ini untuk mengetahui lebih jauh soal Toyota Mirai.

Dia mengemukakan Toyota menganggap pada masa depan akan sulit untuk menggantungkan energi dari satu jenis sumber saja.

Keberagaman sumber energi untuk kendaraan sudah saatnya diadakan, mulai dari bahan bakar fosil, bahan bakar sintetik, biofuel, hingga listrik maupun hidrogen.

"Masing-masing punya kelemahan. Mobil listrik kelemahannya pada jarak tempuh dan waktu pengisian yang lama, biofuel kelemahannya pada pasokan, sedangkan hidrogen, tantangannya pada infrastruktur stasiun pengisian," kata Tanaka.

Teknologi fuel cell pada Mirai menggunakan campuran hidrogen dan udara yang menghasilkan reaksi kimia berupa listrik untuk menggerakkan roda.

Jadi, hidrogen pada fuel cell Mirai tidak digunakan sebagai bahan bakar seperti pada pada mesin konvensional.

Tanaka menjelaskan, harga BBM cenderung naik seiring menipisnya persediaan minyak sedangkan harga hidrogen cenderung turun seiring usaha pemerintah memasyarakatkan sumber energi tersebut.

"Hidrogen adalah sumber energi yang berkelanjutan. Bisa dibuat dari air dengan menggunakan energi dari angin maupun tenaga surya, bahkan dari limbah domestik," kata Tanaka.

Lebih lanjut dia menyebutkan pemerintah Jepang telah bertekad menurunkan harga hidrogen sehingga pada 2020 harga hidrogen sama dengan harga BBM.

"Nantinya, biaya BBM untuk kendaraan hybrid 2,5 liter akan setara dengan ongkos hidrogen untuk Mirai, dan saat itu orang sudah semakin banyak menggunakan fuel cell," kata Tanaka.

Dia mengakui saat ini tantangan memasyarakatkan kendaraan fuel cell adalah infrastruktur stasiun pengisian.

Harga satu stasiun fuel cell lima kali lipat harga Pom bensin. Tangki hidrogen misalnya, menurut Tanaka memerlukan biaya 6.7 miliar yen (sekitar Rp7,1 triliun).

"Toyota tidak berada di bisnis pasokan dan infrastruktur hidrogen, harapan kami ketika harga hidrogen makin murah, makin banyak kendaraan hidrogen dapat diproduksi sehingga harga mobil fuel cell pun makin murah," katanya.

Saat ini harga Toyota Mirai Harganya di Jepang sekitar 7,2 juta yen atau sekitar Rp765 juta rupiah.

Tanaka mengemukakan Toyota mengharapkan harga Mirai bisa makin murah hingga di bawah 5 juta yen, bahkan bisa 4,2 juta yen jika pemerintah Jepang memberikan berbagai insentif pajak untuk kendaraan yang emisinya cuma air itu.

Pabrik Toyota yang satu-satunya memproduksi Mirai, baik yang dipasarkan di Jepang, dan nantinya Amerika Serikat serta Eropa, berada di Motomachi Jepang.

Kapasitas produksinya adalah 700 Mirai/tahun.

"Jumlah ini tentunya sedikit jika dibandingkan produksi mobil biasa. Kami yakin produksi kami akan meningkat seiring bertambahnya stasiun pengisian hidrogen," kata Tanaka lalu menyebut saat ini di Jepang baru ada 20 stasiun pengisian hidrogen untuk kendaraan.
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014