Jakarta (ANTARA News) - Persaingan bisnis yang semakin ketat dan pasar yang semakin terbuka, membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk menjaga mutu dan daya saing produk/jasa yang dihasilkan.

Sebagai produsen otomotif terkemuka di dunia yang telah menanamkan investasinya di Indonesia, Toyota terus meningkatkan kompetensi SDM yang ada di negeri ini agar mampu menghasilkan inovasi dan produk sesuai dengan standar global.

“Kualitas sumber daya manusia lokal sangat penting terutama dalam menghadapi era persaingan yang kompetitif Masyarakat di Ekonomi ASEAN (MEA) 2015," kata Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono.

Untuk itu pihaknya mendorong pelatihan SDM yang mengarah pada pengembangan pola pikir engineer di dunia otomotif melalui rangkaian kegiatan Quality Control Circle (QCC.).

QCC mulai diimplementasikan sejak 1964 di lingkungan Toyota Motor Corporation (TMC). Sedangkan di Indonesia, melalui TMMIN dan PT Toyota Astra Motor (TAM), kegiatan QCC tersebut telah diselenggarakan sejak tahun 1989. Pada 1 November lalu konvensi QCC Toyota Indonesia memasuki angka ke-31, karena sejak sejak 2009 hingga 2014, kegiatan itu dilaksanakan dua kali setahun.

Toyota mengalokasikan investasi sebesar enam miliar rupiah untuk program ini di tahun 2013. Dana ini digunakan untuk memberikan apresiasi kepada para karyawan dengan ide terbaik, pelatihan, ekshibisi serta konvensi tingkat nasional maupun internasional.

QCC di Toyota Indonesia telah meghasilkan lebih dari 990 group tema pertahun, dan lebih dari 1 juta ide perbaikan dalam 5 tahun terakhir. Karena hasilnya dinilai sepadan, Toyota Indonesia memberikan perhatian yang serius terkait pelaksanaan QCC, baik di TMMIN maupun di TAM.

“QCC di Toyota sangatlah unik, karena pada akhirnya membuat seluruh karyawan kami memiliki pola pikir engineer untuk melihat dan melakukan perbaikan yang kreatif dan inovatif. Hasilnya pun berdampak luas,” ujar Direktur Administrasi TMMIN Bob Azam.

Hasil dari QCC ini salah satunya adalah alat-alat bantu kerja mekanis yang dinamakan karakuri.

Karakuri berkerja tanpa membutuhkan sumber energi karena didesain dengan menggunakan daya gravitasi sebagai mekanisme penggerak, sehingga meningkatkan kenyamanan kerja dan produktivitas, namun tidak ada penambahan konsumsi energi.

Penggunaan karakuri kemudian menyumbang pada upaya mengurangi beban energi dari kegiatan industri. Melalui inovasi itu, TMMIN meraih penghargaan ASEAN Energy Award 2014 sebagai pemenang kategori Manajemen Energi di Industri Besar dari ASEAN Centre for Energy (ACE) baru-baru ini. Menurut Warih, program QCC lahir dari nilai dasar budaya perusahaan yaitu Toyota Way.

Selain Genchi Genbutsu, ada 4 (empat) prinsip Toyota Way lainnya yaitu Challenge, Kaizen, Respect for People dan Teamwork. Genchi Genbutsu adalah jika ada masalah harus dilihat langsung, atau jangan hanya menerima laporan saja, melainkan turun ke lapangan. Sedangkan Challenge, siap menerima tantangan dan memecahkannya. Kaizen adalah memberi kontribusi perbaikan (improvement) tidak hanya berhenti di satu sisi, tapi terus menerus. Sementara Respect for People, menghargai pendapat orang lain baik atasan maupun bawahan.

Kemudian Teamwork, bekerja secara tim untuk menciptakan sinergi dan mencapai sebuah tujuan.

Kelima prinsip Toyota Way tersebut sangat kental dalam melandasi pelaksanaan QCC. Sesuai dengan definisinya, QCC adalah grup kecil terdiri dari karyawan pelaksana yang secara berkesinambungan melakukan pengendalian dan perbaikan kualitas kerja, produk dan jasa mereka.

QCC merupakan salah satu sarana transfer keahlian dan keterampilan yang penting di Toyota Indonesia. Dalam kegiatannya, setiap grup QCC mendapat bimbingan dari rekan-rekan senior dan atasan serta manajemen, yang secara terbuka membagi ilmu-ilmu mereka miliki kepada generasi baru karyawan Toyota. Transfer keahlian dan keterampilan ini memastikan standar kualitas produk dan jasa dapat diteruskan secara estafet tanpa henti.

Warih mengatakan, latar belakang munculnya aktivitas QCC adalah proses perbaikan di Toyota yang bersifat bottom-up, selalu fokus pada perbaikan proses, serta partisipasi aktif dari setiap karyawan dalam setiap proses perbaikan.

“Tujuan utama QCC adalah bagaimana perusahaan mengakomodasi partisipasi karyawan dalam hubungan industrial dengan dasar saling menghargai dan saling percaya, memelihara kerjasama tim, serta mempromosikan pemahaman karyawan terhadap perusahaan. Intinya, perbaikan kualitas produk ataupun jasa berpusat pada karyawan yang terampil,” tutur Warih.

Melalui komunikasi dan rasa saling percaya (mutual trust), karyawan secara aktif diberikan kesempatan untuk selalu berpartisipasi dalam kegiatan perusahaan. “QCC membangun rasa memiliki karyawan terhadap tempat kerja mereka dan tempat mereka mengaktualisasi diri guna menyampaikan ide-ide perbaikan,” kata Bob.

Sesuai dengan prinsip pendirinya, Toyota berkomitmen untuk terus-menerus tumbuh bersama masyarakat melalui pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, peningkatkan aktivitas produksi, ekspor, distribusi, dan layanan pelanggan. Selain itu, membangun SDM lokal agar mampu berperan aktif dalam pengembangan industri otomotif nasional.

"Kami berkomitmen untuk terus membangun SDM Indonesia. Hal itu sesuai dengan semangat Toyota, 'we build people before we build products',” ujar Warih.
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014